
Kekuatan Kata-Kata: Dari Imajinasi Menjadi Nyata
Penulis: Dr. Lilis Sumaryanti, M.Pd. || Dosen PGMI FAI Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Kata-kata mempunyai kekuatan yang sering tidak kita sadari. Meskipun kata itu sederhana, tetapi mampu menggerakkan imajinasi dan mengarah pada tindakan nyata. Bagi seorang penulis, kekuatan itu akan menjadi nyata apabila pena mulai bergerak dan menggoreskannya pada lembaran kertas atau jari menyentuh papan ketik. Pada saat itulah, apa yang sebelumnya hanya berputar di kepala perlahan mulai berbentuk sesuai harapan si penulis.
Kekuatan ini selaras dengan tradisi keislaman, sebagaimana wahyu pertama yang turun, yaitu “Iqra’ bismi rabbika alladzi khalaq” (QS. Al-‘Alaq: 1). Ayat ini menegaskan urgensi membaca, memahami, dan menuliskan pengetahuan sebagai fondasi peradaban. Al-Qur’an merupakan teks otentik umat Islam yang menunjukkan bahwa kata-kata dapat membentuk suatu tatanan moral, sosial, dan kebudayaan melalui pesan yang terstruktur. Menulis merupakan proses kreatif yang memiliki nilai ibadah dan mengarah pada kebenaran, kebaikan, serta memperluas pemahaman.
Menulis menjadi jembatan antara dunia dalam diri dan dunia luar. Gagasan yang awalnya hanya sekadar angan berbentuk abstrak, sekadar bayangan atau perasaan, perlahan berubah menjadi sesuatu yang dapat dilihat, dibaca, dan dipahami oleh orang lain. Dalam hal ini, kohesi dan koherensi menjadi sangat penting. Apabila kata-kata disusun secara runtut dan saling berhubungan, maka imajinasi yang awalnya dianggap rumit dapat diterima dengan mudah oleh pembaca. Menulis tidak hanya sekadar aktivitas menuangkan pikiran saja, tetapi di dalamnya terdapat proses merangkai kata penuh makna menjadi pesan yang dapat tersampaikan dengan jelas.
Menulis juga dapat memberikan kesempatan bagi seseorang dalam mengenali dirinya. Setiap kalimat yang diucapkan atau dituliskan adalah refleksi, dan setiap paragraf adalah penegasan. Ketika seseorang menuliskan mimpinya, ia tidak hanya mencatat, tetapi juga memperkuat keyakinan bahwa mimpi itu suatu saat akan terwujud. Menulis menjadikan imajinasi lebih nyata karena tertulis, terdokumentasi, dan dapat diulang-ulang sehingga menjadi dorongan untuk melakukan suatu tindakan.
Dengan tulisan, kata-kata menemukan pembacanya. Tulisan memiliki sifat menghibur, menggerakkan, dan membuka pandangan baru tentang kekuatan yang menjadikannya lebih dari sekadar rangkaian kalimat. Tulisan mampu menggerakkan hati dan pikiran, menyalakan keberanian ataupun kepedulian melalui pesan yang tersampaikan dengan kejujuran. Tulisan juga mampu mencapai tempat-tempat yang sulit dijangkau dengan ucapan. Dalam bentuk tulisan, kata-kata berkembang melampaui penulis dan menciptakan dampak yang lebih luas.
Dapat disimpulkan bahwa kekuatan kata-kata tidak hanya terletak pada apa yang dikatakan, tetapi pada bagaimana kita berani menuliskannya. Menulis bukan sekadar aktivitas literer, tetapi proses intelektual dan spiritual yang menyatukan imajinasi, refleksi, dan tanggung jawab moral. Dapat dikatakan bahwa “Setiap karya besar, setiap perubahan, dan setiap mimpi yang tercapai selalu bermula dari satu hal: kata-kata yang dituliskan dengan keyakinan.”



