Tim Kamboja, Relawan Pemakaman Covid-19
Virus COVID? Sudah tak asing lagi kata tersebut bagi warga Indonesia. Mengapa demikian? Karena virus tersebut sudah satu tahun lebih berkembang di Indonesia, sebagaimana berbagai media memberitakan hal tersebut sampai saat ini virus ini masih betah di Indonesia, mungkin bisa jadi sudah menyatu dengan kehidupan kita.
Sedikit flashback satu tahun yang lalu. pada awal virus ini di Indonesia, Muhammadiyah (terkhusus di Ponorogo) dengan cepat mengambil langkah untuk membuat satgas Covid yang dikenal dengan MCCC (Muhammadiyah Covid 19 Command Center). Berbagai kegiatan mulai dari pencegahan, pemberian bantuan, sampai pemakaman sudah dilakukan. Kegiatan tersebut sudah berjalan lancar dengan support relawan muhammadiyah.
Berbicara mengenai relawan COVID-19 banyak cerita yang harus saya sampaikan tekhusus pada relawan non medis. Relawan non medis secara umum berjuang di tengah masyarakat yang sekaligus menjadi lingkungan para relawan sendiri. Relawan non medis memastikan ketahanan kesehatan dan aktivitas sosial ekonomi tetap berjalan dengan produktif dan aman dari COVID-19 dengan kegiatan yang beragam.
Apakah menjadi relawan COVID-19 itu berat?
Tentu saja berat bagi mereka yang takut akan terpapar virus tersebut, para relawan pun banyak yang tidak berani. Berangkat dari tergugahnya rasa jiwa kemanusiaan, para relawan COVID-19 dalam melaksanakan tugasnya tidak akan terasa berat. Sebenarnya jika mau memahami terkait tentang prosedur kesehatan rasa takut akan hilang.
Bicara tentang rasa takut, kami pun juga sempat takut. 21 April 2021 pasien Rumah Sakit Muhammadiyah Ponorogo meninggal dunia dimakamkan dengan prokes. Ketika kami diberi informasi oleh pihak RS terkait hal itu, kami pun merasa bimbang. Tetapi kami sadar kalau kami tidak mau berangkat, terus mau siapa lagi.
Selain rasa takut, cacian masyarakat selalu menemani jalan perjuangan kami. Mulai saat pemakaman sampai di media sosialpun penuh dengan cacian. Kenapa mereka mencaci maki? Karena mereka belum memahami bagaiamana prosedur kesahatan yang berlaku saat itu. Kata-kata yang mereka sering lontarkan adalah, wong mati saiki lek ning rumah sakit mesti di kopidne (orang meninggal sekarang kalo di rumah sakit pasti di covid kan).
Apakah Relawan COVID-19 dibayar?
Tentu saja besar bayaran kami, malah kalau dirupakan dengan uang tidak cukup untuk membayar kami. Bayar kami adalah insyallah amal kebaikan. Mengapa demikian? Yang namanya relawan terutama relawan muhammadiyah itu prinsipnya suka rela alias tidak ada bayarannya. Meskipun tidak dibayar, kami tetap semangat untuk menjalankan tugas ini.
Sampai saat ini relawan Kamboja MCCC Ponorogo sudah melaksanakan pemakaman sebanyak 160 kali baik suspect maupun confirm di RS Aisiyah, RS Muhammadiyah, dan RS lainnya. Dengan angka sebanyak itu membuat kami sedikit kuwalahan. Saat ini setiap harinya sedikitnya ada 2 pasien meninggal yang harus dimakamkan sesuai prokes.
Sedikit pesan dari saya, takut boleh bodoh jangan. Artinya takut/waspada dengan virus boleh, tetapi jangan sampai menelan informasi-informasi hoax yang beredar di media social. Dan untuk kawan-kawan para relawan semoga kesehatan dan keberkahan selalu menyertai.
Terakhir, kita semua tentu sama-sama menginginkan masa pandemi ini segera selesai kemudian dapat menjalani kehidupan normal seperti semula.
Fiki Syahrur