Berita

Tiga Siswa Tunanetra SLB Aisyiyah Tampil Menginspirasi di Jamda VIII HW

Liputan Miftahul Rahman, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo

Panggung Jamda VIII Kwarda Hizbul Wathan Ponorogo menjadi saksi bahwa keterbatasan tidak menghalangi seseorang untuk bersinar. Tiga siswa tunanetra dari SLB A Aisyiyah Ponorogo tampil sebagai qobilah istimewa, menyuguhkan pertunjukan seni yang tak hanya memukau, Sabtu (20/9/25) dalam lantunan nada dan gerak, tapi juga menyentuh nurani setiap yang menyaksikan.

Di bawah sorotan lampu panggung, Ihsan Rahmat Hidayatullah meniup terompet dengan lantang dan penuh penghayatan. Reza Aditya Muzaki menari jemarinya di atas tuts piano, menghadirkan keharmonisan suara dan nada yang lembut. Sementara Putri Ausy menyanyi dengan suara emasnya yang merdu dan memikat, membuktikan bahwa meski dibatasi penglihatan, semangat dan bakat mampu menyaingi performa penyanyi profesional.

Putri Ausy bukanlah nama yang asing. Di tingkat Jawa Timur, dia berhasil meraih Juara II Vokal dalam ajang Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N). Penampilannya malam itu seolah menjadi perpanjangan dari prestasi tersebut, sekaligus isyarat bahwa kepercayaan diri dan dedikasi mampu menembus batas fisik.

Kepala SLB A Aisyiyah Ponorogo, Armei Purwaningsih, ST, menyampaikan rasa bangga atas pencapaian dan penampilan siswanya.

“Kami tidak hanya menyediakan ekstrakurikuler musik dengan pelatih profesional. Anak-anak belajar tidak hanya untuk tampil, tapi juga untuk menemukan jati diri dan memperkuat kepercayaan diri mereka,” ujarnya.

Sejak berdiri pada tahun 1986, SLB A Aisyiyah konsisten menjadi institusi pendidikan bagi anak-anak tunanetra. Tidak hanya fokus pada pendidikan akademik, sekolah ini juga memperkaya siswa dengan keterampilan hidup, mulai dari orientasi mobilitas hingga pelatihan massage. Selain itu, ada kerjasama dengan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Tunanetra Aisyiyah, agar siswa yang membutuhkan dapat mukim dan belajar secara nyaman.

Penampilan sederhana namun sarat makna dari tiga siswa SLB A Aisyiyah Ponorogo di malam Jamda VIII menjadi pengingat bagi semua, bahwa cahaya sejati tidak selalu diukur dari penglihatan, tetapi terletak pada semangat, ketulusan, dan keberanian untuk tampil.

Related Articles

Back to top button