
Tabligh Akbar Milad Ke-113 di Ponorogo: Muhammadiyah Buktikan Diri sebagai Pilar Kesejahteraan dan Pendidikan Bangsa
Liputan Dita Fitria Wati, Tim Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo menyelenggarakan puncak resepsi Milad ke-113 Muhammadiyah melalui gelaran Tabligh Akbar yang meriah dan khidmat. Mengangkat tema besar “Memajukan Kesejahteraan Bangsa,” acara yang diselenggarakan di Gor Singodimedjo pada Sabtu (22/11/25) ini menjadi penegasan atas komitmen berkelanjutan organisasi Islam terbesar di Indonesia tersebut.
Kehadiran tokoh sentral, Dr. K.H. Saad Ibrahim, M.A., Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, menjadi magnet utama. Ia didampingi oleh Lisdyarita, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Ponorogo. Sebuah pemandangan unik dan sarat makna terlihat saat kedua tokoh penting ini tiba di lokasi acara: mereka memilih menaiki becak, sebuah simbol yang diinterpretasikan sebagai penegasan nilai-nilai kesederhanaan dan kedekatan organisasi dengan rakyat jelata.
Kajian Sentral: Kontribusi Tanpa Batas
Dalam kajian dan sambutannya, Kiai Saad Ibrahim mengupas tuntas makna filosofis di balik tema Milad ke-113. Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah, dengan usianya yang telah melampaui satu abad, membuktikan bahwa kontribusi dan upaya menyejahterakan umat dilakukan tanpa pernah membedakan latar belakang atau golongan.
“Muhammadiyah telah berdiri sebagai motor penggerak perubahan sosial yang utuh. Fokus kita adalah pada pilar-pilar esensial, yakni di sektor pendidikan, kesehatan, pemberdayaan ekonomi, serta penanaman nilai moral yang berkemajuan,” ujar Kiai Saad di hadapan ribuan hadirin.
Saad menambahkan bahwa eksistensi organisasi ini selama lebih dari satu abad bukan sekadar kebetulan. Hal tersebut merupakan hasil dari visi jangka panjang yang jelas, sistem kerja yang rapi dan terukur, serta kepedulian tulus yang ditunjukkan kepada masyarakat secara nyata.
Muhammadiyah sebagai Kekuatan Akademik Raksasa
Kiai Saad kemudian memaparkan data statistik yang mencengangkan mengenai jaringan amal usaha Muhammadiyah, khususnya di bidang pendidikan tinggi. Ia mengungkapkan bahwa per data tahun 2024, Muhammadiyah telah memiliki 172 universitas di seluruh penjuru tanah air. Angka ini menempatkan Muhammadiyah sebagai salah satu penyedia layanan pendidikan terbesar di dunia.
Di luar perguruan tinggi, kekuatan Muhammadiyah juga ditopang oleh ribuan sekolah di tingkat dasar hingga menengah, ratusan pondok pesantren, ratusan panti asuhan, serta ratusan rumah sakit dan klinik yang tersebar luas.
Dalam penutup pidatonya, Kiai Saad mengaitkan keberlangsungan organisasi dengan nilai spiritual. Ia meyakini bahwa segala capaian tersebut merupakan bentuk pertolongan Illahi. “Rasanya Allah mem-back up menolong Muhammadiyah itu kemungkinan besar karena setiap mengakhiri pidato kita mengucapkan Nashrun Min Allah wa Fathun Warib. Maka, inilah Muhammadiyah,” tuturnya
Seruan untuk Gotong Royong dan Keadaban
Milad ke-113 ini tidak hanya menjadi perayaan, tetapi juga seruan moral. Acara ini menjadi ajakan bagi seluruh warga persyarikatan dan masyarakat luas untuk terus merawat semangat gotong royong, memperkuat kolaborasi, serta secara aktif menghadirkan solusi konkret atas berbagai persoalan bangsa yang kian kompleks.
Muhammadiyah diyakini akan terus menjadi pilar penting dalam mewujudkan cita-cita Indonesia yang unggul, sejahtera, dan berkeadaban, didukung oleh dedikasi kuat dan rekam jejak panjangnya dalam pembangunan kesejahteraan sosial.
Dalam konteks global yang penuh ketidakpastian, pendidikan Muhammadiyah didorong untuk terus menegaskan diri sebagai kekuatan pencerahan. Melalui ijtihad berkelanjutan, pendidikan Muhammadiyah diharapkan menjadi tiang kokoh yang membangun manusia unggul, memperluas keadilan, dan memperkuat keadaban bangsa Indonesia menuju kesejahteraan yang dicita-citakan.



