Salmah Orbaniyah: PDA Ponorogo Akan Jadi Barometer Aisyiyah se-Indonesia

 Salmah Orbaniyah: PDA Ponorogo Akan Jadi Barometer Aisyiyah se-Indonesia

Salmah Orbaniyah Saat Menyampaikan Tausiyah (Farhan Ahmad Nashir)

Liputan Ismini, TMC Muhammadiyah Ponorogo

Mengapa usia Aisyiyah itu bisa lebih dari 100 tahun. Pertanyaan tersebut dilontarkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Dr Apt Salmah Orbaniyah MKes saat mengawali tausyahnya pada Peresmian Gedung Dakwah Aisyiah Ponorogo, Ahad (26/5/24).

Ratusan undangan yang menghadiri resepsi Milad ke-107 Aisyiyah terdiam beberapa detik mendengar pertanyaan itu, Tak selang lama Salmahpun kembali melanjutkan pembahasannya.

“Tentunya karena amal-amal usaha yang didirikan dan itu merupakan bentuk realisasi dakwah Aisyiyah secara nyata,” terangnya.

Aisyiyah Ponorogo, lanjutnya, telah menunjukkan bagaimana amal usaha dan persyarikatan bisa seiring sejalan dan selalu melakukan kerja sama yang bagus.

“Amal usaha maju bersama persyarikatan atau sebaliknya, tidak boleh ada amal usaha yang besar namun persyarikatammya mati atau tidak bergerak atau sebaliknya karena jika amal usaha tidak kompak dengan persyarikatan, maka tak bisa dikatakan maju,” tandasnya.

Kepada tamu yang hadir, Salmah menyebut amal usaha Aisyiah Ponorogo telah bergerak di semua bidang baik dari kesehatan yang telah memiliki rumah sakit besar, bidang sosial dengan lembaga Kesejahteraan Sosial Anaknya, bidang pendidikan dengan Bustanul Athfalnya, dan peresmian Gedung Dakwah Aisyiyah ini yang tak hanya jadi pusat dakwah namun bisa menjadi central ekonomi.

“Hampir semua amal usaha PDA di Ponorogo menjadi pusat-pusat unggulan, seperti RSUA juga selalu memberikan kontribusi yang tak sedikit kepada PP Aisyiah untuk dakwah kemanusiaan,” imbuhnya.

Momen Foto Bersama Salmah Orbaniyah dengan Tamu Undangan Milad ke-107 Aisyiyah.

Tak hanya itu, sambungnya, baru saja saya menyaksikan penampilan reog dan nyanyian merdu dari seorang difabel netra. Itu menunjukkan bahwa amal usaha asiyiyah di bidang sosial berhasil memberikan akses yang luas untuk semua difabel.

“Dari 181 panti milik Aisyiyah, 5 di antaranya difabel, dan salah satunya ada di Ponorogo ini, itu luar biasa,” rincinya lagi.

Menurut Salmah, apa yang dilakukan Aisyiyah Ponorogo bisa menjadi best practice untuk PDA-PDA yang lain.

“Itulah mengapa saya sampaikan bahwa PDA Ponorogo sepertinya memang akan jadi barometer Aisyiyah se-Indonesia,” pungkasnya.

Related post