Refleksi Hari Guru: Peran dan Fungsi Guru Harus Komprehensif

 Refleksi Hari Guru: Peran dan Fungsi Guru Harus Komprehensif

Abdul Ghoni Mahmudi

Refleksi Hari Guru: Peran dan Fungsi Guru Harus Komprehensif

Oleh: Abdul Ghoni Mahmudi, Guru MTs Muhammadiyah 3 Yanggong, Ponorogo, Jawa Timur

Abdul Ghoni Mahmudi

Dunia pendidikan selalu memeringati Hari Guru Nasional (HGN) setiap tanggal 25 November. Sekolahpun mengerahkan gurunya untuk mengikuti upacara hari guru. Rangkain kegiatan seperti lomba untuk guru dan siswapun tak luput mengiringi.

Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka menciptakan suasana khidmat untuk memberi kesan mendalam atas perjuangan semua guru, karena menjadi guru memang tugas yang berat. Banyak beban yang harus dipikul demi menjalankan tugas mulia ini. Mulai dari tugas administratif hingga tugas moral mengantarkan siswanya menuju kehidupan yang layak.

Namun sayang, peringatan hari guru yang penuh dengan kisah haru ini berbanding terbalik dengan peristiwa-peristiwa pilu. Di tahun 2023 ini saja misalnya, ada beberapa tindak kriminalitas yang pelakunya adalah seorang siswa.

Dilansir dari Jawa Pos, pada bulan Januari-Juli saja tercatat 16 kasus perundungan yang dilakukan oleh siswa. Mirisnya, perundungan tersebut tidak hanya menimbulkan efek ringan, tetapi ada yang sampai cacat permanen. Padahal terjadinya perundungan tersebut dipicu oleh hal-hal sepele, seperti saling ejek dan adanya senioritas kakak kelas.

Pada bulan Juni 2023, siswa berinisial R asal SMPN 2 Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah nekat membakar sekolahan. Peristiwa itu dipicu lantaran siswa tersebut tidak terima dengan nilai yang diberikan oleh guru.

Kasus terbaru adalah siswa SMK di Bima, Nusa Tenggara Barat yang memukul guru hingga babak belur lantaran tak terima ditegur saat ketahuan merokok di dalam kelas. Kejadian tersebut membuat gempar dunia pendidikan. Banyak yang menyayangkan kejadian tersebut.

Sebagian pihak kemudian mengritik beberapa kejadian itu sebagai kegagalan dunia pendidikan, padahal keluarga dan masyarakat mestinya ikut bertanggung jawab.

Pendidikan itu sebuah sistem saling berkaitan, antara lembaga, birokrasi, masyarakat, dan negara. Sebuah interaksi kehidupan utuh dari dunia ilmu dan praktik kehidupan di masyarakat. Pendidikan butuh keteladanan nyata semua pihak.

Maka dari itu, kita perlu merenung kembali bagaimana menjadi guru terbaik di era yang serba terbuka, merdeka, dan diserang oleh pengaruh budaya asing, yang seringkali berdampak negatif secara masif dan infiltratif.

Syafrudin, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo dalam pidatonya upacara HGN Sabtu (25/11/23) di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (Muhipo) menegaskan bahwa peran dan fungsi guru harus komprehensif. Tidak hanya masuk kelas sekadar mengajar atau menjalankan tugas, tetapi juga harus menyentuh sisi nurani siswa yang mampu menuntunnya mengarungi kehidupan melalui pelajaran.

Kalau guru hanya mengajar agar materi selesai, guru akan melupakan sisi penting yang harus diberikan, yakni keteladanan dan proses yang baik untuk menyelami materi tersebut. Guru tidak boleh lupa, dalam peajaran harus disisipkan nilai sosial, kemanusian, dan kepedulian.

Dengan demikian, di sekolah akan tercipta pembelajaran yang berbasis cinta. Sebuah pradigma yang dapat mengantarkan siswa pada rasa sayang terhadap sesama.

 

Editor Ismini/Nano

Related post