Berita

Pengajian Lapanan PCA Siman: Menjaga Rasa Malu sebagai Benteng Iman

Liputan Miftahul Rahman, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo

Pengajian lapanan yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Siman Ponorogo di Ranting Brahu, Sabtu (30/11/25) berlangsung khidmat dengan menghadirkan Sekretaris Majelis Tabligh PDM Ponorogo, Ustadz Daroini, M.Pd., sebagai penceramah utama.

Kegiatan ini diikuti jamaah dari berbagai kalangan yang antusias menyimak materi tentang pentingnya menjaga rasa malu sebagai bagian dari keimanan.

Dalam tausiyahnya, Ustadz Daroini menegaskan bahwa rasa malu adalah pagar penting dalam menjaga akhlak seorang muslim, terutama di tengah derasnya tantangan zaman modern. Ia menyebut banyak fenomena sosial menunjukkan terkikisnya rasa malu.

“Padahal, malu itu sebagian dari iman. Rasa malu bukan hanya perasaan bersalah, tetapi benteng agar seseorang tidak terjerumus ke dalam keburukan,” ungkapnya.

Mengawali materi, Daroini mengutip QS. Al-Ahzab: 33 yang memerintahkan kaum mukmin, khususnya perempuan, menjaga kehormatan dan tidak bertabaruj atau menampakkan perhiasan secara berlebihan. Ayat ini, tegasnya, menjadi landasan bahwa Islam mendorong umatnya menjaga martabat dan rasa malu sebagai identitas mulia seorang mukmin.

Daroini menyoroti fenomena era digital, di mana sebagian orang rela mengumbar hal pribadi demi popularitas dan penghasilan dari konten.

“Inilah yang disebut tabarruj, yakni menampakkan diri secara berlebihan untuk menarik perhatian,” jelasnya.

Ketika rasa malu hilang, tambahnya, berbagai pelanggaran syariat mudah terjadi karena lemahnya pagar moral dalam diri.

Dia pun kemudian menguraikan QS. An-Nur: 30–31 yang memerintahkan laki-laki dan perempuan beriman untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.

Mengutip Tafsir Ibnu Katsir, dia menjelaskan bahwa menundukkan pandangan merupakan buah dari rasa malu.

“Jika malu terjaga, pandangan pun ikut terpelihara. Dan semuanya bermula dari pendidikan di rumah, orang tua harus memberi teladan,” terangnya.

Sebagai penutup materi, Daroini menjelaskan QS. Al-Hajj: 32 yang menyebutkan bahwa mengagungkan syiar-syiar Allah adalah tanda ketakwaan hati. Menurutnya, menjaga rasa malu dan kehormatan diri merupakan bentuk pengagungan terhadap syiar Allah karena rasa malu adalah penjaga moral seorang muslim.

Menutup pengajian, dia pun mengajak jamaah mengamalkan doa agar dijaga dari fitnah zaman:

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى والتُّقَى والعَفَافَ والغِنَى

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, kehormatan diri, dan kecukupan.”

Pengajian lapanan ini ditutup dengan pesan penting agar keluarga muslim membangun budaya malu yang benar sesuai tuntunan syariat, guna melahirkan generasi yang menjaga iman, pandangan, dan kehormatannya.

Related Articles

Back to top button