Muswil ke 16 Muhammadiyah Jatim Gelar Wayangan
Wayang kulit merupakan salah satu produk budaya Jawa yang memiliki nilai nilai luhur budaya bangsa. Wayang tidak hanya sebagai media hiburan, akan tetapi lebih dari itu. Wayang juga sebagai media pendidikan, dan dakwah yang sangat efektif di masyarakat dalam menyampaikan pesan moral.
Dalam rangka Musyawarah Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur yang bertempat di Universitas Muhammadiyah Ponorogo menyelenggarakan Pentas Wayang Kulit sebagai implementasi dakwah kultural. Pertunjukan Wayang kulit tersebut mengangkat tema Wahyu Makutharama yang memiliki nilai filosofi layaknya sang Surya menyinari alam semesta.
Alip Sugianto, ketua LSBO PDM Ponorogo seusai membuka acara mengatakan bahwa pagelaran wayang ini salah satu rangkaian pertujukan seni budaya yang ditampilkan di acara Muswil, banyak pertujukan lain yang ditampilkan seperti Reyog Ponorogo dengan 16 Dhadak merak yang merupakan simbol musyawarah wilayah ke 16 Jawa Timur, kemudian ada Orkestra, dan beberapa hiburan musik simfoni.
“Banyak penampilan budaya pada muswil ini, seperti Reyog dan wayang sehingga muswil ini nuansa budaya sangat terasa hal ini representasi Ponorogo perpaduan kota budaya dan santri, hal ini juga sejalan dengan dakwah kultural melalui seni yang mengembirakan, menyenangkan, dan mencerdaskan.” Ungkapnya
Penampilan Wayang ini terbukti menyedot animo masyarakat luas, meski suasana sempat hujan namun tidak menyurutkan semangat penonton untuk menyaksikan wayang, ribuan penonton nampak memadati pertujungan wayang, penonton juga dimanjakan hidangan khas angkringan secara gratis.
Banyak penonton merasa sangat puas dengan pagelaran Wayang Kulit, apresiasi itu disampaikan oleh peserta dari Pulung.
“Wah, dalange ngerti psikologinya penonton” Pernyataan itu spontan diucapkan oleh penonton ketika dalang Ki Mukani Hangya Carita menyampaikan pesan bahwa ranting-ranting Muhammadiyah di daerah pegunungan perlu mendapatkan perhatian penguatan Al Islam dan Kemuhammadiyaan.
Pertujukan Wayang Kulit itu cukup membanggakan, karena dalangnya merupakan kader-kader Muhammadiyah yang tergabung dalam Lembaga Seni Budaya dan Olahraga yaitu Ki Purbo Sasongko dan Ki Mukani Hangya Carita, keduanya merupakan alumni Universitas Muhammadiyah Ponorogo.