Muhammadiyah: Boleh Kalah Jumlah Tapi Tidak Kalah Kualitas

 Muhammadiyah: Boleh Kalah Jumlah Tapi Tidak Kalah Kualitas

Sugeng Riadi MPd Saat Menyampaikan Materi dalam Workshop Cabang Ranting dan Masjid, Ahad (10/12/23). (Farhan Ahmad Nashir)

Muhammadiyah: Boleh Kalah Jumlah Tapi Tidak Kalah Kualitas

“Liputan Avita Diah Ayu Atalia, TMC Muhammadiyah Ponorogo

Sugeng Riadi MPd Saat Menyampaikan Materi dalam Workshop Cabang Ranting dan Masjid, Ahad (10/12/23). (Farhan Ahmad Nashir)

Workshop Cabang Ranting dan Masjid yang digelar Lembaga Pengembangan Cabang Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR PM) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo, Jawa Timur di Gedung Rektorat lantai 4 Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo), Ahad (10/12/23) menjadi ajang refleksi mengupas tuntas persoalan-persoalan Muhammadiyah.

Sugeng Riadi MPd yang didapuk menjadi salah satu narasumber dalam workshop tersebut mengatakan
Muhammadiyah kalah jumlah dari Organisasi Masyarakat (Ormas) yang lain, hal tersebut dibuktikan dengan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang dimiliki oleh Muhammadiyah baru sejumlah 39, sedangkan di Ormas lain sudah mencapai 190 TPA.

“Muhammadiyah saat ini memang kalah jumlah, tapi tidak untuk kualitas, dan tetap harus optimis bisa melampaui semuanya,” ujarnya.

Karenanya, berdasarkan Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) LPCR PM di Mojokerto, Sabtu (4/11/23) lalu, muncullah kebijakan dan menghasilkan beberapa rekomendasi yang kemudian diteruskan ke cabang, ranting, dan masjid Muhammadiyah di Ponorogo.

“Program ini adalah bagaimana agar Muhammadiyah dapat menyiarkan Islam lebih luas dan berkualitas, untuk itu perlu adanya sinergi dari banyak pihak,” sambungnya.

Rekomendasi tersebut seperti yang telah dilaksanakan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yakni adanya awarding sebagai penyemangat untuk cabang, ranting dan masjid unggulan.

Lebih lanjut, dia menegaskan perlu adanya sosialisasi perihal nomenklatur baru di cabang, ranting, maupun masjid yakni seperti Dewan Masjid Muhammadiyah bisa dijadikan satu dengan LPCR PM sehingga nantinya saling berbagi tugas dengan Majelis Tabligh.

“Sekali lagi, masjid-masjid Muhammadiyah di Ponorogo tidak hanya soal banyaknya jamaah yang datang tapi juga saatnya memikirkan jamaah yang datang seperti apa, apakah sudah makmur atau belum,” tandasnya.

Sugeng yang juga merupakan Waka Kesiswaan salah satu sekolah Muhammadiyah di Ponorogo itu juga menjelaskan bahwa pada Rakerwil lalu, semua telah bersepakat akan masing-masing kabupaten menyiapkan masjid unggulan dan memenuhi kriteria, diantaranya memiliki infrastruktur baik, ramah anak, ramah disabilitas, ramah lanjut usia (lansia) dan ramah ojek online.

“Saya harap cabang, ranting, dan masjid baik dari Muhammadiyah atau Aisyiah dapat bersinergi untuk mewujudkan cabang, ranting, dan masjid unggulan tersebut,” pungkasnya.

 

Editor Ismini/Nano

Related post