Berita

MPKSDI PDM Ponorogo Bekali Amil Lazismu Tiga Materi Strategis

Liputan Sunarno, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo

Majelis Pendidikan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) PDM Ponorogo menghadirkan tiga materi penting dalam kegiatan Baitul Arqom Lazismu Ponorogo yang dikemas dalam Amil Camp, Jum’at–Sabtu (28–29/11/25) di Villa Srikembang, Ngebel, Ponorogo.

MPKSDI menerjunkan instruktur lengkap, baik indoor maupun outdoor, guna memaksimalkan proses pembinaan amil.

Pada sesi pertama, Aci Ardian, Instruktur MPKSDI PDM Ponorogo menegaskan bahwa tauhid dalam pandangan Muhammadiyah bukan sebatas pengakuan lisan, tetapi prinsip yang menuntun seluruh aspek kehidupan. Tauhid harus terwujud dalam dimensi rububiyah, uluhiyah, hingga hakimiyah, sehingga melahirkan pribadi yang jujur, amanah, disiplin, dan berorientasi keberkahan.

“Tauhid itu bukan hanya dipahami, tetapi harus dihidupkan dalam tindakan. Kalau hidup kita tidak berubah menjadi lebih baik, maka pemahaman kita tentang tauhid belum benar-benar bekerja,” ungkapnya.

Aci juga menekankan pentingnya kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah sekaligus membuka ruang ijtihad agar Islam tetap relevan di setiap zaman. Tantangan terbesar hari ini, menurutnya, bukan kekurangan pengetahuan, tetapi kurangnya keberanian mengamalkan nilai tauhid secara konsisten.

Materi kedua disampaikan oleh Abdul Roshid, Sekretaris MPKSDI PDM Ponorogo yang mengulas sejarah panjang gerakan filantropi Muhammadiyah sejak KH. Ahmad Dahlan menegakkan nilai Surah Al-Ma’un. Perkembangan filantropi kemudian berwujud dalam pendirian lembaga pendidikan, kesehatan, hingga lahirnya Lazismu pada 2002 sebagai lembaga filantropi modern.

Roshid menyebut Lazismu kini menghadapi tantangan internal dan eksternal, mulai dari kapasitas SDM amil yang belum merata, kebutuhan integrasi data, persaingan lembaga filantropi, hingga perubahan perilaku donatur di era digital.

“Lazismu harus memiliki strategi, inovasi program berkelanjutan, dan peningkatan mutu layanan amil. Kepercayaan publik adalah modal terbesar Lazismu. Jika kepercayaan itu kuat, maka gerakan pemberdayaan kita akan semakin luas dan berdampak,” tegasnya.

Sesi ketiga disampaikan oleh Miftahul Rahman yang menekankan bahwa manajemen organisasi merupakan proses strategis untuk mengatur sumber daya manusia, finansial, dan material agar tujuan dapat dicapai secara efektif. Manajemen yang baik, menurutnya, memastikan seluruh unsur bergerak selaras dengan visi organisasi.

“Kolaborasi menjadi kunci penguatan kinerja organisasi, membangun chemistry antaranggota, menciptakan legacy, dan memperluas ruang gerak bersama demi kemaslahatan umat,” ujarnya.

Rahman menegaskan bahwa organisasi hanya dapat maju jika kerja sama dan sinergi terus dibangun.

Rangkaian kegiatan ditutup dengan sesi outbond dan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL). Kegiatan outbond dirancang untuk menguatkan kekompakan, komunikasi, kepemimpinan, dan kepercayaan antarpeserta. Sementara RTL memastikan bahwa seluruh materi dan pengalaman tidak berhenti pada tataran seremonial, tetapi diterapkan dalam program nyata yang terukur dan berkelanjutan.

Kehadiran kedua sesi ini menjadi jembatan antara penguatan nilai, pembentukan karakter, dan implementasi nyata dalam lingkungan kerja amil maupun masyarakat.

Related Articles

Back to top button