Milad ke-15 SGI: 19 Sekolah Muhammadiyah Ponorogo Ikuti Pelatihan Guru
Majelis Tabligh PDM Ponorogo Menggelar Pembekalan Mubalig-mubaligah
Majelis Tabligh PDM Ponorogo Menggelar Pembekalan Mubalig-mubaligah
Liputan Daroini, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo menggelar Pembekalan Da’i Mubalig/Mubaligah Muhammadiyah dan Aisyiyah Se-Ponorogo di Aula PDM, Ahad, (28/1/24).
Kegiatan bertajuk “Penguatan peran Mubalig/Mubaligah dan Ta’mir Masjid Muhammadiyah di bulan Ramadhan” tersebut digelar dalam rangka Tarhib Ramadan.
Hadir sebagai penceramah Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Drs H Moh Nawawi MSi.
Ketua Majelis Tabligh Drs H Sahroini MPdI mengatakan ini sangat penting untuk mendorong para mubalig-mubaligah lebih aktif untuk berdakwah mengisi kajian-kajian Muhammadiyah di Ponorogo.
“Jangan sampai putus semangat namun harus lebih istiqomah sebab hal ini merupakan wadah untuk jihad fisabilillah dan beribadah kepada Allah Ta’ala,” ujarnya.
Hal senada disampaikan Koordinator Majelis Tabligh PDM Ponorogo, Dr H Syarifan Nurjan MA yang juga membukan kegiatan tersebut. Menurutnya mubalig-mubaligah Muhammadiyah harus tangguh dalam jihad dakwah untuk menyampaikan kebenaran dan berpegang teguh pada tarjih Muhammadiyah sebagai rujukan dalil.
“Semoga ke depan mubalig-mubaligah ini dapat menyampaikan kebenaran Islam ala Muhammadiyah yang sudah pasti bersandar pada Al-Qur’an dan Sunah Rosulullah Muhammad SAW, ” terangnya.
Sedangkan Moh Nawawi dalam kajiannya memaparkan bahwa seorang mubalig harus mampu memberikan contoh yang baik dan menjadi pemimpin dalam keluarga, karena hal ini merupakan teladan dalam memimpin masyarakat kecil. Menurutnya masih banyak orang sukses membangun masyarakat tapi gagal membangun keluarga.
“Untuk itu bekal membangun keluarga sakinah harus disiapkan,” ucapnya.
Sebagai pemimpin harus mampu menjaga keluarga dari pintu neraka karena Muhammadiyah lebih dari sebuah gerakan, bukan hanya sekedar gerakan organisasi tapi tertanam dalam kehidupan.
Ketua Majelis Tabligh PWM itu pun lalu menyebutkan beberapa ayat yang mendasari Muhammadiyah sebagai gerakan, yakni Surat Al-Imran ayat 110 dimana seorang mubalig harus memiliki ilmu untuk menyuruh dalam berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.
“Dalam Al-Imran ayat 104 dijelaskan bahwa Ma’ruf itu adalah segala yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dan Munkar adalah segala perbuat yang menjauhkan rezeki dari Allah,” jelasnya.
Lalu An-Nahl ayat 125 menyebutkan bahwa dalam menyampaikan ilmu dan pengajaran kepada masyarakat harus dengan cara yang hikmah dan bijak.
“Terakhir inti dakwah kita hari ini merujuk pasa Surat Al-Maun 1-7 yakni dakwah dengan mengembangkan filantropi Islam yang berkemajuan.
“Filantropi berarti cinta kepada manusia terutama yang bukan anggota keluarga dan diwujudkan dengan kedermawanan dan kepedulian sesama manusia,” tandasnya.
Misalnya saja, sambungnya, apabila kita memiliki saudara yang belum bekerja maka kita ajak untuk bekerja khususnya yang sudah berkeluarga agar bisa menafkahi keluarganya dengan baik.
Di akhir, Nawawi mengemukakan poin-poin penting negara bisa disebut maju.
1. Bisa menciptakan pekerjaan untuk masyarakat
2. Tidak merusak lingkungan.
“Ta’mir Masjid dalam menyambut bulan ramadan harus memperhatikan fasilitas sarana dan prasarana, seperti spanduk, kebersihan, dan lain-lain.
Lebih lanjut dia berpesan untuk mubalig, ketika menjadi imam harus menyesuaikan dengan jamaahnya dengan tidak membaca surat yang terlalu pendek maupun terlalu panjang.
“Keberhasilan dakwah seorang mubalig yaitu untuk agama Allah bukan untuk pribadi mubalig karena hakikatnya untuk mengajak dengan menentramkan,” pungkasnya.
Editor Ismini/Nano