Komitmen Setelah Ramadhan
Oleh : AGUS SUSANTO, ST
Puji syukur bagi Allah, Rabb sekalian alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa diperuntukkan bagi Nabi Muhammad saw., keluarga, para sahabat dan orang-orang yang meneladani beliau dengan baik hingga hari kiamat.
Saudara sekalian, bulan Ramadhan hamper saja berlalu, dan ia akan menjadi saksi yang menguntungkan atau memberatkan atas amalan-amalan yang kita lakukan selama membersamai Ramadhan. Jika yang kita lakukan adalah amalan-amalan yang sholih, maka hendaknya kita memuji Allah atas hal itu dan berharap mendapatkan pahala yang baik. Sesungguhnya, Allah tidak menyia-nyiakan orang yang berbuat kebajikan. Sebaliknya, bila ada melakukan amalan yang buruk, hendaklah segera bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sungguh-sungguh, karena Allah Maha Menerima Taubat.
Apabila Ramadhan telah berakhir, maka sungguh ia telah menyampaikan aneka pelajaran dan peringatan kepada hati orang-orang yang beriman. Bulan suci merupakan bongkahan dari usia kita, maka akan habis juga sebagaimana usia kitapun akan habis. Ketika itu aka nada banyak kaum yang berbahagia dan akan ada banyak kaum lainnya yang menyesal, padahal sudah sangat terlambat untuk menyesal. Orang-orang yang akan berbahagia di akhir Ramadhan, atau di akhir usia, adalah orang-orang yang mendapatkan hadiah keridhoan dari Allah Swt.
Merupakan nikmat yang melimpah dan rahmat yang luas, ketika kita keluar dari Ramadhan dalam keadaan diampuni segala dosa. Untuk itu, kita harus menjaga nikmat tersebut dan jangan sekali-kali menggantinya dengan kesengsaraan, yaitu dengan kembali pada jalan kemaksiatan setelah berpisah dengan Ramadhan. Untuk itu, dibutuhkan komitmen yang kuat agar kita mampu menjaga kebiasaan kita selama Ramadhan, diantaranya:
- Sebagaimana pada saat kita menyambut Ramadhan seolah kita akan serius menjalankan ketaatan, maka lepaslah Ramadhan ini juga dengan perasaan seolah kita akan menyambut bulan-bulan berikutnya juga akan diisi dengan aneka ketaatan. Karena semua hari itu adalah milik Allah, maka kita perlu tetap mengagungkan asma Allah di luar bulan Ramadhan.
- Kita telah berpuasa dan juga mendirikan sholat malam dan amalan lainnya selama sebulan dengan keimanan dan keikhlasan. Maka kita berusaha untuk berpuasa sunah setelah Ramadhan juga atas dasar iman dan ihtisab demi ridho Allah semata. Demikian juga dengan ibadah lain seperti sholat malam, menuntut ilmu, mencari nafkah dan semua perbuatan amal ibadah semata-mata demi mengharap ridho Allah.
- Pada bulan Ramadhan interaksi kita dengan Al-Qur’an sangat terasa sekali, bahkan ada yang khatam berkali-kali. Setidaknya telah khatam satu kali atau minimal kita telah berusaha untuk membaca Al-Qur’an sesering mungkin. Maka, komitmen kita tetap tidak akan meninggalkan Al-Qur’an setelah bulan Ramadhan.
- Pada bulan Ramadhan mata batin kita bisa hidup dan dipenuhi oleh rasa malu. Maka tancapkanlah komitmen dalam diri kita untuk tetap selalu hidup dan tetap punya rasa malu setelah bulan shaum.
Barangkali saja komitmen ini merupakan wujud penerimaan taubat dan pemberian taufik dari Allah. Maka apabila kita telah memiliki komitmen-komitmen setelah Ramadhan, maka jangan sampai kita langgar, karena Allah telah mengingatkan kepada kita:
فَمَن نَّكَثَ فَإِنَّمَا يَنكُثُ عَلَىٰ نَفۡسِهِۦۖ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِمَا عَٰهَدَ عَلَيۡهُ ٱللَّهَ فَسَيُؤۡتِيهِ أَجۡرًا عَظِيمٗا .
“…maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” (Q.S. Al fath : 10)
Saudaraku, bulan mulia akan segera berlalu, tentu ada rasa kesedihan atas berakhirnya bulan Ramadhan. Rasanya kita masih ingin berlama-lama terus berada di bulan ini, karena setiap ibadah kita bernilai pahala yang tak hingga. Tentu kesedihan ini harus melahirkan tekad dan harapan untuk bisa konsisten malaksanakan sebagaimana yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan.
Seorang mukmin memang selalu punya karakter akan bergetar hatinya sebanyak dan sebagus apapun ketaatan dan amal ibadah yang telah dilakukan, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Mu’minun : 60-61.
وَٱلَّذِينَ يُؤۡتُونَ مَآ ءَاتَواْ وَّقُلُوبُهُمۡ وَجِلَةٌ أَنَّهُمۡ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ رَٰجِعُونَ أُوْلَٰٓئِكَ يُسَٰرِعُونَ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِ وَهُمۡ لَهَا سَٰبِقُونَ
Artinya: “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka, Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.”
Wallahu a’lam bish showab.