Opini

Bijak Menyaring Berita di Era Banjir Informasi

Penulis: Afif Alauddin, Pembina Ekstrakurikuler Jurnalistik SMPN 1 Siman

Pernahkah Anda membaca tulisan dengan judul yang bombastis?
Pernahkah menemukan judul yang ternyata tidak sesuai dengan isi?
Atau pernahkah tanpa sadar membagikan berita yang ternyata salah, bahkan bohong?

Di era digital sekarang, arus informasi di media sosial bergerak begitu cepat. Hanya terlambat beberapa menit saja, sudah muncul tumpukan berita baru di jagat maya. Fenomena “banjir data” ini membuat sebuah isu yang sedang naik langsung dibicarakan oleh puluhan akun dan portal berita. Karena banyaknya yang membahas, kita sering merasa bahwa informasi itu valid. Padahal tidak selalu demikian.

Benar, semakin banyak informasi yang terdengar mirip memang seakan menambah “bobot kebenaran” suatu berita. Namun yang patut diwaspadai, tidak sedikit konten yang hanya dibuat sebagai clickbait atau umpan klik dijadikan ladang cuan oleh pemburu trafik semata.

Sekilas, clickbait adalah judul, gambar, atau tautan berita yang sengaja dibuat sensasional dan provokatif agar pembaca tergoda untuk mengklik. Tujuan utamanya jelas, yakni menaikkan jumlah klik, meningkatkan lalu lintas, dan mendatangkan iklan.

Selain itu, tak jarang kita juga menemukan informasi yang sebenarnya belum jelas, masih dalam proses verifikasi. Namun oleh sebagian oknum media atau pegiat medsos, hal ini dimanfaatkan untuk membangun narasi dan menggiring opini ke arah tertentu. Jika tidak disikapi dengan nalar kritis, kita pun mudah terbawa arus.

Lantas, bagaimana cara memastikan kebenaran suatu informasi?
Sejauh mana berita itu bisa dipertanggungjawabkan?
Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan:

  • 1. Pahami Unsur-unsur Berita

Setiap berita yang baik seharusnya dilengkapi data pendukung. Kita perlu mengingat kembali unsur dasar berita: 5W + 1H (Apa, Siapa, Kapan, Di Mana, Mengapa, dan Bagaimana). Dengan itu, kita bisa menilai apakah informasi sudah lengkap atau justru sepotong-sepotong.

Jika memang masih dalam penyelidikan, penyampai informasi seharusnya jujur menyebutkan hal itu, bukan malah menebak-nebak. Tanpa kejelasan, informasi yang beredar hanya jadi “bola liar” di media sosial.

  • 2. Cek Kredibilitas Media

Kemudahan akses digital membuat siapa saja bisa membuat dan menyebarkan berita. Ada media yang kredibel, ada pula yang dibuat sekadar untuk mencari perhatian. Bahkan, media yang kurang jelas sering kali justru lebih cepat viral.

Maka, jangan hanya berhenti di isi berita. Perhatikan juga siapa yang menyampaikan. Akun resmi dengan centang biru atau portal yang memiliki situs web jelas tentu lebih dapat dipertanggungjawabkan dibanding akun anonim yang sekadar membagikan potongan informasi.

  • 3. Gunakan Sumber Pembanding

Jangan hanya mengandalkan satu sumber. Bandingkan informasi dari beberapa media yang kredibel. Semakin banyak sumber yang bisa diverifikasi, semakin kuat pula data yang kita peroleh. Media yang memiliki alamat redaksi, situs resmi, dan identitas jelas tentu lebih bisa dipercaya daripada akun yang hanya menyajikan berita “setengah jadi”.

  • 4. Cek Kesesuaian Judul dan Isi

Judul yang heboh sering kali hanya jebakan. Banyak orang berhenti pada judul atau thumbnail saja tanpa membaca isi berita. Akibatnya, kesalahpahaman pun meluas.

Tak jarang, judul yang diklik malah mengarahkan pembaca ke situs iklan, pinjol, bahkan judi online. Ada pula berita yang isinya tidak nyambung dengan gambar yang ditampilkan. Karena itu, biasakan membaca sampai tuntas sebelum menyimpulkan.

Pada akhirnya, ketelitian, kecermatan, dan kehati-hatian pembaca sangat penting saat menerima berita, apalagi yang bersifat sensitif. Jika masih ragu, lebih baik menahan diri, simpan dulu informasinya, lalu verifikasi lebih lanjut.

Barulah setelah yakin akan kebenarannya, informasi tersebut layak dibagikan ke khalayak umum. Mari biasakan tabayun digital, periksa dulu, baru sebarkan. Dengan begitu, kita ikut menjaga ruang publik tetap sehat dan terhindar dari kabar bohong.

Related Articles

Back to top button