Artikel

Mengenang Bu Warti: Guru Kehidupan dan Panutan Kader Muhammadiyah

Penulis : Agus Susanto

Jum’at, 08 Agustus 2025 ba’da Maghrib, kabar duka menyebar cepat. Suara toa masjid mengabarkan kepergian Bu Warti di usia 65 tahun yang wafat saat hendak berjamaah salat Maghrib di Masjid Muttaqin Ponorogo. Masjid ini sudah seperti rumah kedua baginya, karena hampir seluruh aktivitas di luar rumah dilakukan di sana.

Tulisan ini merupakan bentuk penghormatan seorang murid yang pernah merasakan didikannya. Kebaikan Bu Warti layak dikenang dan menjadi teladan bagi kader Persyarikatan Cabang Babadan. Meski umur terbatas, amal baik membuatnya tetap hidup dalam ingatan.

Penulis mengenal Bu Warti saat belajar di Madrasah Diniyah Abdul Jalal Polorejo. Dia mengajarkan Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, Juz Amma, Tajwid, dan Imlak. Dari beliaulah penulis pertama kali mengenal huruf hijaiyah hingga mampu membaca Al-Qur’an. Pelajaran ini tak diperoleh di sekolah formal karena penulis menempuh pendidikan dasar di SD Negeri.

Setelah penulis lulus, Bu Warti mengajar di MIM 3 Ngunut dan menjabat Kepala Madrasah selama 13 tahun hingga pensiun. Kiprahnya tak berhenti di dunia pendidikan; almarhumah aktif di Persyarikatan, pernah menjadi pengurus Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Ketua PCNA Babadan, dan Ketua PCA Babadan selama dua periode.

Bu Warti tidak meninggalkan harta benda, melainkan warisan berharga berupa keluarga ideal Muhammadiyah. Ia aktif di Aisyiyah, suaminya, Bapak H. Musli, aktif di Muhammadiyah bahkan pernah menjadi Sekretaris PCM Babadan selama dua periode. Anak-anak mereka pun menjadi kader Persyarikatan, pernah berkiprah di IPM, IMM, NA, hingga Aisyiyah di tingkat daerah. Bahkan menantu yang dipilih pun berasal dari aktivis Pemuda Muhammadiyah, Tapak Suci, IPM, dan IMM. Ini bukti bahwa kaderisasi dimulai dari keluarga.

Warisan lainnya adalah semangat berbagi ilmu. Bu Warti selalu siap menjadi pemateri, baik dalam kegiatan pengkaderan maupun pengajian umum. Ia menyampaikan dakwah dengan wajah teduh, bahasa yang ringan dan mudah dipahami, serta penuh motivasi dan hikmah.

Kini, sang panutan itu telah berpulang. Allah memanggil Bu Warti dalam keadaan husnul khatimah. Insyaallah seluruh amal dan ilmu yang diajarkan menjadi pahala jariyah yang tak terputus. Sugeng tindak, Bu Warti. Semoga Allah meridhoi panjenengan menuju Surga Jannatun Na’im, sebagaimana cita-cita yang tertuang dalam Mukaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah:

“Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam dapat diantarkan ke pintu gerbang Surga Jannatun Na’im dengan keridlaan Allah Yang Rahman dan Rahim.”

Related Articles

Back to top button