
Upgrading Sekolah Muhammadiyah Ponorogo Usung Semangat Spiritual dan Branding Bermakna
Liputan Miftahul Rahman, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Angin sejuk pegunungan Sarangan menyambut hangat kepala sekolah dan Wakil Kepala (Waka) kurikulum dari berbagai sekolah dan madrasah Muhammadiyah se-Ponorogo, Jumat (20/6/25).
Tepatnya di Hotel Rejeki, berlangsung kegiatan penuh makna, yakni Upgrading Sekolah dan Madrasah Muhammadiyah Ponorogo.
Kegiatan ini bukan sekadar pelatihan manajemen biasa. Di hari pertama kegiatan, Jumat (20/6/25), suasana forum dibuat teduh penuh refleksi oleh pernyataan Drs Abidin Cahyono MSi, Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo. Dalam sesi pembukaannya, dia tidak langsung bicara soal strategi akademik atau kurikulum. Namun mengajak para peserta untuk kembali ke akar spiritual.
“Sekolah Muhammadiyah tidak cukup sekadar unggul dalam angka dan peringkat,” ujar Abidin membuka sesi.
“Kita butuh nilai-nilai ruhiyah sebagai fondasi. Mari tanamkan cinta Al-Qur’an, jaga shalat, dan hidupkan budaya infaq. Ini tiga amalan utama penggerak keberkahan lembaga,” imbuhnya.
Mengutip Surat Al-Fatir ayat 29, Abidin mengingatkan bahwa guru dan siswa Muhammadiyah harus lebih dari sekadar penghafal ayat. Mereka harus menjadikan Al-Qur’an sebagai kompas dalam setiap langkah.
“Bukan hanya dibaca, tapi diamalkan,” tegasnya.
Dia pun mengajak para guru untuk membiasakan shalat malam sebagai bentuk munajat personal demi kemajuan institusi.
Tak ketinggalan, infaq pun disorot.
“Jika sekolah mulai menyisihkan dana untuk siswa kurang mampu, maka sesuai janji Allah, keberkahan itu akan kembali, mungkin tidak dalam bentuk angka, tapi dalam ketenangan, loyalitas, dan kemajuan yang tak terduga,” terangnya, disambut anggukan peserta.
Namun upgrading ini tidak berhenti pada nilai spiritual semata. Tantangan masa kini juga butuh strategi modern. Hal ini diangkat oleh Ruslan Thohirin MSi, Wakil Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Ponorogo, yang menyuarakan pentingnya personal branding dalam dunia pendidikan.
“Branding itu bukan sekadar baliho atau cat tembok baru. Sekolah yang punya ciri khas, program unggulan, dan pelayanan prima justru lebih menempel di hati masyarakat,” ucapnya.
Ruslan mengajak sekolah Muhammadiyah untuk merumuskan identitasnya secara otentik dan memproyeksikannya lewat strategi komunikasi yang konsisten.
Tak hanya itu, dia juga menekankan pentingnya penguatan manajemen. Dengan SOP (Standard Operating Procedure) yang jelas, sekolah bisa berjalan lebih rapi dan terukur.
“Ruang kerja jadi tertib, layanan jadi terarah, dan yang terpenting: akuntabilitas meningkat,” tambahnya.
Di tengah sesi materi dan diskusi panel, suasana akrab tetap terjaga. Para peserta saling berbagi pengalaman, belajar dari tantangan, dan mulai merumuskan langkah konkret untuk diterapkan di sekolah masing-masing.
Kegiatan yang digelar oleh Majelis Dikdasmen dan PNF PDM Ponorogo ini akan berlangsung hingga Ahad (22/6/25). Beberapa materi strategis lain akan mengisi akhir pekan mereka, mulai dari manajemen mutu pendidikan hingga strategi promosi digital.
Namun satu hal yang membekas dari hari pertama, yakni upgrading sejati tak hanya soal angka, data, atau strategi. Tapi juga tentang bagaimana nilai spiritual dan profesional berjalan seiring, membentuk sekolah yang bukan hanya unggul di mata dunia, tapi juga penuh berkah di mata langit.



