
Pengajian Rutin PRM Kutukulon Bahas Sunah Sholat Jumat
Liputan Salman, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Pengajian Rutin yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kutukulon Rabu malam, (18/6/25) berlangsung khidmat.
Bertempat di kediaman Sularto, kajian kali ini menghadirkan Ustadz Usman dari Majelis Tabligh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Jetis dengan tema yang relevan dan aplikatif, yakni “Sunnah-sunnah Sholat Jumat dan Pembahasan Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Bab Sholat Jumat.”
Dengan gaya penyampaian yang lugas dan bersahabat, Ustadz Usman mengajak para jamaah untuk kembali menghidupkan sunnah-sunnah yang kerap terlupakan dalam pelaksanaan Sholat Jumat. Ia memulai dengan menekankan pentingnya mandi besar sebelum berangkat ke masjid, mengutip sabda Nabi Muhammad SAW:
“Apabila salah seorang dari kalian datang untuk shalat Jumat, maka hendaklah ia mandi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dijelaskan pula bahwa terdapat dua pandangan dalam fikih mengenai wudhu setelah mandi junub menjelang Jumat. Sebagian ulama berpendapat tidak perlu wudhu lagi karena seluruh anggota tubuh telah terkena air, sementara pendapat lain tetap menganjurkan wudhu sebagai ibadah tersendiri.
Sunnah Sholat Jumat: Antara Adab dan Keutamaan
Selain mandi, Ustadz Usman juga menekankan anjuran mengenakan pakaian terbaik dan memakai wewangian saat berangkat ke masjid, sebagai bentuk penghormatan terhadap hari Jumat. Beliau mengutip hadis Rasulullah SAW.
“Barang siapa mandi pada hari Jumat dan memakai pakaian terbaiknya, lalu pergi ke masjid… maka setiap langkahnya dihitung sebagai pahala puasa dan shalat selama setahun.”
(HR. Ahmad)
Sunnah lainnya adalah berangkat lebih awal ke masjid dan menjaga ketenangan selama berada di sana. Hal ini, kata beliau, agar memperoleh keutamaan yang dicatat para malaikat di pintu-pintu masjid:
“Pada hari Jumat, para malaikat berdiri di pintu masjid mencatat orang-orang yang datang terlebih dahulu… Siapa yang datang lebih awal seperti berkurban unta…”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dialog Interaktif dan Pembahasan Kontekstual
Kajian semakin menarik saat salah satu jamaah mengajukan pertanyaan seputar hukum datang ke masjid saat adzan berkumandang. Menanggapi hal ini, Ustadz Usman menjelaskan bahwa jamaah tetap disunnahkan melaksanakan Sholat Tahiyatul Masjid secara ringkas, lalu segera menyimak khutbah, sebagaimana firman Allah:
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila diseru untuk melaksanakan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah…”
(QS. Al-Jumu‘ah: 9)
Dia juga mengingatkan bahwa khutbah Jumat hendaknya ringkas dan sarat makna, sedangkan shalatnya lebih panjang. Hal ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah Muhammad SAW:
“Sesungguhnya panjangnya shalat dan pendeknya khutbah itu termasuk tanda kefasihan orang itu.”
(HR. Muslim)
Hukum Sholat Jumat bagi Musafir dan Spirit Tarjih
Tak ketinggalan, pembahasan mengenai hukum Sholat Jumat bagi musafir juga menjadi bagian penting kajian malam itu. Menurut mayoritas ulama, musafir tidak diwajibkan menunaikan Jumat, tetapi jika mengikuti jamaah setempat, maka diperbolehkan. Muhammadiyah pun memperbolehkan jama’ dan qashar antara Jumat dan Ashar bagi musafir, dengan dasar kelonggaran yang disebut dalam Al-Qur’an:
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah berdosa kamu mengqashar shalat…”
(QS. An-Nisa: 101)

Di akhir kajian, Ustadz Usman menekankan pentingnya memahami Manhaj Tarjih Muhammadiyah sebagai ijtihad kolektif yang dinamis dan terbuka terhadap perbedaan pandangan. Menurutnya, keputusan tarjih adalah hasil ijtihad yang kuat, namun tetap menyisakan ruang bagi perbedaan tanpa menimbulkan perpecahan.
“Tarjih adalah metode ijtihad, bukan vonis final. Maka, sikap Muhammadiyah dalam perbedaan hukum adalah bijak, tidak terlalu keras, dan tidak pula terlalu lunak,” terangnya
Media Syiar dan Penguatan Ukhuwah
Pengajian rutin ini tidak hanya menjadi wadah pendalaman ilmu, tetapi juga mempererat ukhuwah antarwarga. Semangat tarjih yang mencerahkan dan toleran menjadi daya dorong penting dalam membumikan Islam berkemajuan di lingkungan akar rumput.
PRM Kutukulon terus berkomitmen menjadikan pengajian rutin sebagai media edukasi keislaman yang membumi, aktual, dan mampu menjawab tantangan zaman.



