
35 Tahun Mengabdi, Sri Amini Pamit dari Panggung Pendidikan Muhammadiyah
Liputan Tery Trisna, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
“Saya bangga menjadi keluarga besar Muhammadiyah.”
Senin pagi (16/6/25) di SMP Muhammadiyah (SMPM) 4 Balong terasa berbeda. Udara sejuk tak hanya membawa embun, tapi juga aroma haru yang menyelinap di antara deretan kursi dan senyum yang tertahan tangis. Hari itu, bukan sekadar apel pagi biasa namun menjadi momen lepas kenang, perpisahan, dan rasa hormat untuk sosok yang telah menorehkan jejak panjang dalam dunia pendidikan.
Sri Amini, nama itu bukan asing di telinga siapa pun yang pernah duduk di bangku SMPM 4 Balong. Selama 35 tahun, dia bukan hanya pengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia saja, tapi juga mengajarkan keteguhan, kesetiaan, dan cinta dalam diam untuk Muhammadiyah.
“Saya sudah 35 tahun berjuang bersama Muhammadiyah. Jika sekiranya raga masih mendukung, tentu saya akan tetap berada di sekolah ini,” ucap Sri membuka sambutannya pagi itu. Kalimat yang sederhana, tapi menggetarkan ruang dan hati siapa saja yang mendengarnya.

Bukan Sekadar Guru, Tapi Teladan
Puluhan guru dan siswa berkumpul di aula sekolah. Beberapa tampak mencoba menyembunyikan air mata, sementara yang lain membiarkannya mengalir begitu saja. Karena bagaimana bisa tak haru, menyaksikan sosok yang begitu mengakar pada perjalanan sekolah kini harus pamit dari rutinitas harian yang sudah menjadi bagian jiwanya.
Sri Amini bukan hanya guru, namun bagian sejarah. Dari zaman papan tulis kapur hingga era layar digital, dia tetap berdiri di depan kelas dengan semangat yang sama. Dan kini, dengan dua anak dan dua cucu, Sri tetap terlihat energik, bersinar dalam usia yang telah memasuki masa purnanya.
“Hidupilah Muhammadiyah, Tapi Jangan Mencari Hidup di Muhammadiyah”
Kalimat itu pun disampaikan pelan, namun menggema kuat. Sebuah pesan yang merangkum prinsip hidupnya, yakni memberi tanpa pamrih, mengabdi tanpa menuntut, dan setia tanpa banyak bicara.
Pesan itu bukan hanya untuk guru muda, tapi untuk semua yang hari ini menyebut dirinya bagian dari gerakan dakwah Muhammadiyah.
Bintang Lima Tak Cukup
Jika ada penghargaan bintang lima untuk pengabdian, rasanya tak akan cukup mewakili dedikasi Sri Amini. Karena pengabdian tak selalu diukur dari angka, tapi dari dampak yang ditinggalkan. Dari pelajaran hidup yang ditanamkan. Dari kenangan yang tak lekang di hati para murid.
Selamat jalan menuju babak baru, Ibu Sri Amini. Jejakmu tak akan pernah hilang. Hanya berganti bentuk, menjadi teladan.
Terima kasih telah menjadi pelita.
Terima kasih telah setia.



