Berita

Tangis Haru Warnai Momen Kelulusan MIM 6 Nglegok

Liputan Nova Robithotul Khoir, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo

Matahari pagi bersinar hangat di halaman MI Muhammadiyah (MIM) 6 Nglegok. Namun kehangatan itu tak hanya berasal dari cuaca, melainkan juga dari pelukan, senyum, dan air mata yang menghiasi momen kelulusan kelas 6, Senin (2/6/25).

Hari itu, madrasah sederhana ini menggelar Apel Pengumuman Kelulusan yang tak biasa, yang dihadiri oleh seluruh siswa, guru, dan yang paling menyentuh, orangtua wali santri kelas 6.

Apel dimulai dengan lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang menggema khidmat di udara terbuka. Kepala madrasah, Hawin Muharto SAg, menyampaikan pesan mendalam dalam amanatnya.

“Kami berharap semua siswa lulus dengan hasil yang membanggakan, namun yang lebih penting, teruslah menjaga adab dimanapun berada,” ucapnya.

Suasana mulai berubah tegang saat 15 siswa kelas 6 berdiri di hadapan para guru, adik kelas, dan tentu saja—orangtua mereka yang datang khusus untuk mendengar secara langsung hasil kelulusan. Satu per satu, evaluasi disampaikan oleh wali kelas; bukan hanya nilai akademik, tapi juga adab dan hafalan Al-Qur’an menjadi penilaian penting.
Momen paling mendebarkan tiba ketika amplop putih berisi hasil kelulusan dibagikan. Anak-anak diminta membuka dan membaca sendiri isinya. Sejenak, halaman itu senyap. Lalu, suara kecil penuh kelegaan mulai terdengar.

“Umi… aku lulus!” seru seorang siswa sambil berlari memeluk ibunya. Air mata tak terbendung. Bahagia, haru, dan syukur bercampur jadi satu. Para orangtua pun tak kuasa menahan tangis saat melihat buah hati mereka sukses melalui satu tahap penting dalam hidup.

“Atas nama seluruh wali murid, saya mengucapkan terima kasih kepada guru-guru yang telah membimbing anak-anak kami, bukan hanya secara akademik, tapi juga dalam adab dan Al-Qur’an,” ujar Atik Suryani, salah satu wali santri yang tak kuasa menyembunyikan rasa harunya.

Momen haru saat siswa MIM 6 Nglegok Membuka Amplop Kelulusan.

Acara diakhiri dengan doa bersama, dipanjatkan penuh kekhusyukan sebagai wujud syukur atas kelulusan 100% siswa. Santri berjajar, bersalaman dan memeluk para guru satu per satu, mengucapkan terima kasih atas dedikasi dan kasih sayang mereka selama enam tahun.

Tak ada pesta meriah atau panggung mewah, namun kehangatan dan makna dari momen sederhana ini menjadikannya kenangan tak tergantikan. Apel kelulusan itu ditutup dengan kebersamaan para siswa, orangtua, dan guru duduk bersama menikmati semangkuk bakso hangat, sebuah simbol syukur, kebersamaan, dan akhir manis dari perjalanan panjang.

Related Articles

Back to top button