
Kader Muhammadiyah Harus Inovatif dan Adaptif
Liputan Miftahul Rahman, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Kader itu harus inovatif dan adaptif dalam mengemban amanah. Kalimat tersebut disampaikan Ketua Majelis Pendidikan Kader, Sumber Daya Insani (MPKSDI) PDM Ponorogo, Dr. Mulyani, M.Hum, dalam Pembinaan Kader Penerima Beasiswa yang digelar di Balai Diklat Muhammadiyah Ponorogo, Jumat (14/11/25).
Kegiatan yang diikuti para kader muda dari berbagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) ini menjadi ajang penguatan karakter dan kapasitas para penerima beasiswa. Dalam pemaparannya, Dr. Mulyani menekankan bahwa kader Muhammadiyah harus memiliki karakter unggul, wawasan luas, serta kemampuan beradaptasi dengan perkembangan zaman.
“Kader Muhammadiyah harus menjadi pelopor. Bukan hanya kuat secara ideologis, tetapi juga profesional, kreatif, dan mampu memimpin perubahan,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Dr. Mulyani menyampaikan enam poin penting yang harus menjadi perhatian para kader, terutama yang bergerak di bidang pendidikan:
1. Landasan Ideologis dan Integritas
Kader dituntut berpegang teguh pada nilai Tauhid dan Islam Berkemajuan, serta menjaga akhlak, amanah, dan keteladanan.
“Anda semua adalah penjaga marwah AUM Pendidikan. Tunjukkan akhlak dan integritas dalam setiap langkah,” pesannya.
2. Kompetensi Profesional dan Kepemimpinan
Kader perlu menguasai manajemen pendidikan modern, memiliki kepemimpinan transformatif, serta membangun budaya kerja unggul.
“Pemimpin itu bukan hanya memerintah, tetapi menggerakkan dan memberi contoh,” tandasnya.
3. Pembelajaran Kreatif Berbasis IPTEK
Dr. Mulyani mendorong para pendidik untuk menghadirkan pembelajaran kreatif, kontekstual, serta mengintegrasikan nilai-nilai AIK dan model kolaboratif.
“Guru itu inspirator. Jadikan kelas sebagai ruang tumbuh, bukan ruang hafalan belaka,” imbuhnya.
4. Pemanfaatan Digital dalam Pembelajaran dan Layanan
Digitalisasi administrasi dan literasi teknologi menjadi keharusan bagi pendidik dan siswa.
“Kita tidak boleh gagap digital. Teknologi adalah sarana dakwah dan peningkatan mutu,” ucapnya.
5. Budaya Organisasi & Etos Persyarikatan
Kader harus menjaga profesionalitas, disiplin, dan semangat melayani, serta memandang AUM sebagai amanah dakwah.
“Kader harus menjadi teladan akhlak sekaligus penggerak perubahan,” sambungnya.
6. Kolaborasi & Kemitraan
Kader didorong memperluas jejaring dengan industri, pemerintah, komunitas, serta memaksimalkan peran Majelis dan Ortom.
“Kita tidak bisa berjalan sendiri. Kolaborasi adalah kunci percepatan kemajuan,” terangnya.
Menutup pemaparannya, Mulyani memberikan pesan kuat kepada seluruh peserta pembinaan.
“Kader Muhammadiyah harus ideologis, profesional, inovatif, dan adaptif. Jaga amanah, perkuat marwah Persyarikatan, dan wujudkan pendidikan yang mencerahkan,” pungkasnya.
Kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat karakter, komitmen, dan kapasitas kader muda Muhammadiyah Ponorogo sebagai generasi penerus yang siap mengemban amanah Persyarikatan di berbagai bidang, khususnya pendidikan.



