
Simulasi Darurat Warnai Sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana di Umpo
Liputan Miftahul Rahman, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Suasana ruang seminar Gedung Rektorat Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) mendadak tegang, Sabtu (1/11/25).
Seorang panitia kegiatan sosialisasi Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) tiba-tiba ambruk setelah menyajikan minuman kepada pemateri. Beberapa peserta tampak panik dan berdiri cemas, sementara lainnya menatap khawatir ke arah depan.
Tanpa menunggu lama, Tim Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Ponorogo bergerak cepat. Mereka melakukan tindakan pertolongan pertama, termasuk observasi dan pemompaan jantung kepada korban yang tampak tidak sadarkan diri. Selang beberapa menit kemudian, panitia yang semula “pingsan” itu tersadar dan tersenyum. Sontak, ruangan yang tegang seketika pecah oleh tawa lega. Rupanya insiden tersebut hanyalah simulasi darurat, bagian dari edukasi kesiapsiagaan menghadapi situasi krisis.
Kegiatan sosialisasi SPAB ini diselenggarakan oleh MDMC PDM Ponorogo dan Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) PDA Ponorogo bekerja sama dengan Umpo. Peserta kegiatan berasal dari kalangan kepala sekolah dan wakil kepala sekolah Muhammadiyah serta Aisyiyah se-Kabupaten Ponorogo, mulai jenjang TK hingga SMA.
Dalam kegiatan tersebut, Sekretaris MDMC PP Muhammadiyah, Budi Santoso, S.Psi., M.KM., hadir sebagai pemateri utama. Dia menekankan pentingnya pembentukan Tim Siaga Bencana Sekolah (TSBS) sebagai garda terdepan dalam menghadapi potensi bencana.
“Sekolah harus menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi siswa. Karena itu, kesiapsiagaan bukan pilihan, melainkan keharusan,” tegasnya.
Budi Santoso juga memaparkan sepuluh indikator Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB), di antaranya peningkatan pengetahuan warga sekolah, konstruksi bangunan tahan gempa, tersedianya sarana kebencanaan, peta dan jalur evakuasi yang jelas, hingga pelaksanaan simulasi rutin minimal dua kali setahun.
Melalui kegiatan ini, MDMC dan LLHPB berharap sekolah-sekolah Muhammadiyah dan Aisyiyah di Ponorogo dapat semakin siap menghadapi berbagai potensi bencana, serta mampu menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, dan tangguh.



