
Hubbul Ilmii: Inovasi Pembelajaran Qur’an yang Disukai Anak-Anak
Penulis: Sutikno || Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Ponorogo
Fenomena rendahnya kemampuan baca Al-Qur’an di Indonesia masih menjadi persoalan serius. Berdasarkan data BPS 2013, sekitar 54% umat Islam di Indonesia belum bisa membaca Al-Qur’an, bahkan studi lain menyebutkan angka itu mencapai 65 persen.
Melihat kondisi ini, banyak lembaga pendidikan Al-Qur’an berusaha menghadirkan metode pembelajaran yang lebih mudah, cepat, dan menyenangkan. Salah satunya adalah Griya Qur’an al-Inayah Pulung Ponorogo yang menggunakan buku Hubbul Ilmii Mengaji sebagai panduan belajar.
Metode Belajar Sambil Bermain
Buku Hubbul Ilmii Mengaji menawarkan pendekatan unik dalam pembelajaran Al-Qur’an. Anak-anak tidak hanya diminta membaca huruf hijaiyah, tetapi juga belajar sambil mewarnai, menebalkan huruf, serta bermain kartu pembelajaran.
Dengan metode ini, anak-anak merasa belajar Al-Qur’an bukan sebagai beban, tetapi kegiatan yang menyenangkan. Tak heran, berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam 36 kali pertemuan, mayoritas santri sudah mampu membaca Al-Qur’an dengan baik.
Sebelum mengajar, Griya Qur’an al-Inayah melakukan beberapa langkah penting: perekrutan guru dengan kualifikasi khusus, pelatihan cara mengajar Hubbul Ilmii, pembagian kelompok kecil 3–5 santri, serta penyediaan sarana belajar seperti buku, kartu prestasi, krayon, dan lem.
Setiap pertemuan berlangsung 60 menit dengan tiga tahapan:
- Pembukaan (10 menit): salam, doa, dan pengantar.
- Kegiatan inti (40 menit): membaca buku Hubbul Ilmii, mewarnai huruf, atau latihan membaca.
- Penutup (10 menit): doa bersama dan pemberian motivasi.
Griya Qur’an al-Inayah untuk memastikan hasil belajar,rutin melakukan evaluasi, baik diagnostik (tes kemampuan tertentu), formatif (penilaian pertemuan harian), maupun sumatif (setiap enam kali pertemuan). Evaluasi ini dilakukan secara lisan, sehingga guru bisa langsung mengetahui kesalahan santri dan memperbaikinya di tempat.
Pesantren Desa, Hasil Kota
hal yang menarik adlaah Griya Qur’an al-Inayah Pulung ini berada di pedesaan. Namun, manajemen dan kualitas pembelajarannya tak kalah dengan lembaga pendidikan di perkotaan. Banyak santri berhasil membaca Al-Qur’an sesuai target, bahkan beberapa mampu lebih cepat melampaui dari jadwal yang ditargetkan. Hal ini membuktikan bahwa pendidikan Al-Qur’an berkualitas tidak hanya bisa ditemukan di kota besar, tetapi juga di desa-desa bila dikelola dengan serius dan profesional.



