
Ketika Siswa SMPM 2 Ponorogo Menyapa Sahabat Tunanetra
Liputan Adilah Endah Putriyani, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Tawa riang bercampur rasa ingin tahu terlihat dari wajah siswa SMP Muhammadiyah (SMPM) 2 Ponorogo ketika melangkah masuk ke LKSA Tunanetra Terpadu Aisyiyah Ponorogo, Sabtu (20/9/25).
Mereka datang bukan sekadar berkunjung, melainkan untuk belajar hal yang jarang ditemukan di ruang kelas, yakni empati, syukur, dan arti persaudaraan.
Kegiatan bertajuk “Studi Kunjung: Menyapa Sahabat Tunanetra” itu diikuti oleh 30 siswa dari kelas VII hingga IX. Wakil Kepala Kesiswaan SMPM 2 Ponorogo, Ismini, S.Pd., dalam sambutannya mengingatkan bahwa keterbatasan tidak pernah menjadi penghalang untuk berprestasi.
“Kehadiran kita di sini hendaknya menjadi pengingat, bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keterbatasan bukanlah penghalang untuk tetap semangat bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya.
Ismini, yang akrab disapa Bu Ismi, berharap kunjungan ini menumbuhkan semangat berbagi dan rasa persaudaraan di hati siswa.
“Jangan pernah lelah menebar kebaikan, karena sekecil apapun kebaikan tetap ternilai di hadapan Allah,” imbuhnya.
Pesan penuh makna juga disampaikan Wakil Kepala LKSA Tunanetra, Hadianto, M.Pd. Menurutnya, apa pun kondisi yang diberikan Allah adalah karunia.
“Jangan tinggalkan sekolah, jangan tinggalkan shalat, apapun situasinya. Melakukan yang terbaik adalah kewajiban,” pesannya.
Acara pun berlangsung khidmat, diawali dengan pembukaan resmi, berbagi bingkisan, hingga tour keliling LKSA. Lebih dari itu, siswa juga menyelesaikan “misi kelompok” yang mengajak mereka berinteraksi langsung dengan sahabat tunanetra.
Antusiasme siswa begitu terasa. Siti Nur Hajah, salah satu peserta, mengaku mendapat pelajaran berharga dari kegiatan tersebut.
“Ini pengalaman yang tak terlupakan, karena saya bisa belajar banyak tentang sabar dan syukur. Teman-teman tunanetra ternyata hafalan Al-Qur’annya lebih semangat dari kita,” tuturnya.

Outdoor Learning kali ini benar-benar meninggalkan kesan mendalam. Dari sahabat tunanetra, para siswa belajar bahwa keterbatasan bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan untuk terus berjuang dan memberi manfaat bagi sesama.



