Masjid sebagai Pusat Peradaban Harus Kembali Ditegakkan

Drs Moh Syafrudin MA Saat Menyampaikan Ceramah dalam Pengajian Keluarga Besar PCM Jambon, Ahad (4/5/25).
Liputan Miftahul Rahman, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo
Kajian di masjid-masjid harus terus dihidupkan, bukan hanya sebatas membahas ilmu keagamaan, tetapi juga menyentuh persoalan-persoalan sosial yang berkembang di masyarakat.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Ponorogo, Drs Moh Syafrudin MA dalam Pengajian Keluarga Besar Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Jambon di Masjid Ibnu Abbas Sumpel, Jambon, Ahad (4/5/25).
Dalam tausiyah yang dihadiri jajaran PCM, PCA, PCPM, dan PCNA Jambon, serta warga sekitar masjid tersebut, Syafrudin menekankan peran masjid sebagai pusat peradaban harus kembali ditegakkan.
“Kajian tidak cukup hanya membahas ilmu-ilmu fikih dan tafsir, masjid juga harus menjadi tempat membahas dan merespon isu-isu sosial yang relevan dengan kondisi masyarakat,” tandasnya.
Dia pun mengingatkan pentingnya kehadiran Muhammadiyah dalam memberikan solusi dan manfaat nyata bagi umat, sebagaimana yang dilakukan oleh para tokoh Muhammadiyah terdahulu. Hal tersebut mengacu pada pernyataan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti, yakni Muhammadiyah menggunakan pendekatan tafsir transformatif dalam memahami Al-Qur’an.
“Tafsir transformatif ini bukan hanya menafsirkan ayat-ayat, tapi mewujudkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ajaran Islam bisa dirasakan langsung oleh masyarakat luas,” terangnya.
Menurutnya, pemikiran keagamaan Muhammadiyah saat ini berada di jalur yang tepat (on the right track). Hal tersebut dibuktikan dengan eksistensi dan perkembangan Muhammadiyah yang tidak hanya kuat di Indonesia, tetapi juga diterima di berbagai belahan dunia.

Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) itu terus mendorong warga Muhammadiyah untuk terus mengamalkan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan sehari-hari. Dia lalu mencontohkan kebiasaan Nabi Muhammad menjelang tidur, seperti membaca doa tidur, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas, Al-Kafirun, dan dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah.
“Hal-hal kecil seperti ini adalah bentuk nyata pengamalan sunah yang bisa membawa berkah dalam kehidupan sehari-hari,” pungkasnya.