Puasa dan Larangan Berkata Kotor

 Puasa dan Larangan Berkata Kotor

Penulis: Alip Sugianto
(Ketua Ranting Pemuda Muhammadiyah Singosaren, Kader Akar Rumput)

Saat berpuasa, umat Islam diperintahkan untuk menjaga diri dari segala hal yang dapat membatalkan atau mengurangi kualitas ibadah puasa yang sedang dijalani, termasuk menjaga hawa nafsu. Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita menjaga lisan kita selama berpuasa. Sebagaimana Hadis berikut ini: “Dari Abu Hurairah -secara riwayat (menukil dan menceritakan hadits dari Nabi)- beliau bersabda, “Apabila salah seorang dari kalian di suatu hari sedang berpuasa berpuasa, maka janganlah dia berkata-kata kotor dan berbuat kebodohan dan sia-sia. Bila dia dicaci oleh orang lain atau diperangi, maka hendaklah dia mengatakan, “Sesungguhnya saya sedang berpuasa.” (HR Muslim, No 1151)

Al Hadist di atas melarang berkata buruk, jahat tidak baik seperti menghina, mecemooh,  berkata vulgar atau kotor dalam berbicara. Penggunaan bahasa yang baik tidak menimbulkan kemarahan dan permusuhan  manusia keseluruhan (Rusdi Room, 2013) Oleh karena itu perkataan atau tuturan yang tidak baik bisa menjerumuskan manusia ke dalam neraka sebagaimana hadist berikut: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kata-kata tanpa dipikirkan yang menyebabkan dia tergelincir ke dalam neraka yang jarakanya lebih jauh antara timur dan barat”  (Muttafaq ‘alaih, dari Abu Hurairah) Dan Lisan manusia adalah sarana dalam berkomunikasi dalam menyampaikan pesan sehingga orang mudah dalam memahami, jika lisan tidak berfungsi maka orang akan keseulitan berbahasa kecuali dengan isyarat.

Ada beberapa larangan berkata kotor, tidak baik sebagaimana berikut: Pertama, Alkalaamu fimaa laa ya’nihi (Ungkapan yang tidak berguna)
Nabi Saw. telah bersabda: “Barang siapa mampu menjaga apa yang terdapat antara dua janggut dan apa yang ada di antara dua kaki, maka aku jamin dia masuk surga. (Muttafaq ‘alaih, dari Sahl bin Sa’ad). Inilah pentingnya menjaga tuturan atau ucapan yang tidak bermafaat atau berguna dapat mengabiskan tenaga akan tetapi tidak memberikan implikasi positif pada penuturnya.

Kedua, Ifsyaa’ussirri (Membocorkan rahasia) Larangan membocorkan rahasia ini sebagai mana hadist berikut: Dari Abu Said Al-Khudri ra beliau berkata: Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya sejelek-jelek orang di sisi Allah pada hari qiamat kelak adalah suami yang sudah mencurahkan segala kasih sayangnya kepada istrinya dan istrinya pun sudah menyerahkan segala kasih sayangnya kepadanya, kemudian dia (suami) menyebarkan rahasia istrinya (dan istrinya membuka rahasia suaminya). (HR. Muslim) Membocorkan rahasia merupakan perbuatan ataupun ucapan yang dilarang dalam Islam, apalagi terkait dengan privasi yang perlu dijaga Bersama sehingga tidak boleh orang lain mengetahui yang dapat merugikan penutur itu sendiri.

Ketiga, Alkadzibu atau berdusa dalam berbicara dengan berjanji atau bersumpah serapah. Larangan tersebut sebagaimana surat Al Hujurat ayat 6.  Oleh karena itu perlu adanya klarifikasi sebelum kita mengetahui betul ucapan atau informasi yang terkait benar-benar valid. Oleh karena itu sebelum kita membagikan berita seperti di media social terlebih dahulu perlu kita telaah kebenarannya, apalagi di zaman seperti sekarang ini dengan kemudahan dalam merubah video dengan mutilasi, dan berita hoax mudah menyebar keberbagai platform seperti Whaats up, facebook dan lainnya, Telaah atau croscek ini untuk menghindari kesalahan.

Keempat, Al Ghiibah (Menceritakan keburukan orang lain) setiap orang memiliki kejelkan masing-masing sehingga kita tidak perlu menceritakan keburukan orang lain kepada semua khalayak, karena kitpun juga demikian jika keburukan kita diungkapkan orang lain kita juga tidak suka, sehingga kita perlu menutup aib orang lain dengan tanpa menceritakan kejelekan orang.

Kelima, Assukhriyah wal dengan Istihza (Membikin malu orang lain untuk ditertawakan) Adakalanya banyak orang yang menghina orang orang lain dengan ucapan yang menyakitkan meskipun itu berkonotasi guyonan. Ada seseorang yang menyebut nama seseorang dengan sebutan yang identic dengan ciri-ciri fisik seseorang seperti berambuk keriting disebut dengan sebutan brintik, perkataan tersebut tentu tidak dianjurkan dalam Islam karena pada hakekatnya menghina yang menciptakan makhluk tersebut.

Keenam, An-namiimah (Adu domba atau menghasut) “tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (muttafaq alaihi). Ucapan adu domba seringkali berusaha membenturkan anatar orang satu dengan yang lain, kelompok satu dengan yang lain dengan tujuan membuat kerushan dan keonaran. Tentu dalam Islam hal demikian dilarang keras dengan ancaman bagi para pelakunya tidak akan masuk surga sebagaimana hadist di atas. Ketujuh al lanu  yakni melaknat, berkata keji dan kotor dengan ucapan sumpah serapah juga tidak dibenarkan dengan demikian merupakan perbuatan tercela.

Demikian kultum singkat tentang pnetingganya menjaga perkataan yang baik, pada intinya mari kita sama-sama memperbaiki tutur kata kita yang keluar dari lisan kita saat berbicara. Berbicara sama-sama mengeluarkan tenaga, dan sama-sama mengeluarkan suara, alangkah baiknya jika yang keluar dari lisan kita sesuatu hal yang baik, memberikan kemashatan kepada mitra tutur , lebih-lebih jika yang keluar dari lisan kita lantunan ayat suci Al Qur’an menginggat bulan Ramadhan ini banyak limpahan pahala kebaikan.

 

Klik download materi PDF

Editor Abdul Ghoni M. || Publish Nano

Related post