Bangun Generasi Muda Sadar Hukum, PDPM Ponorogo Gelar Seminar Ini
Puasa dan Berkata dengan Baik

Penulis: Alip Sugianto
(Ketua Ranting Pemuda Muhammadiyah Singosaren, Kader Akar Rumput)
Saat berpuasa, umat Islam diperintahkan untuk menjaga diri dari segala hal yang dapat membatalkan atau mengurangi kualitas ibadah puasa yang sedang dijalani, termasuk menjaga hawa nafsu. Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW mengajarkan agar kita menjaga lisan selama berpuasa. Sebagaimana Hadis berikut ini:
“Dari Abu Hurairah secara riwayat (menukil dan menceritakan hadits dari Nabi)- beliau bersabda, Apabila salah seorang dari kalian di suatu hari sedang berpuasa, maka janganlah dia berkata-kata kotor dan berbuat kebodohan dan sia-sia. Bila dia dicaci oleh orang lain atau diperangi, maka hendaklah dia mengatakan, Sesungguhnya saya sedang berpuasa” (HR Muslim, No 1151)
Berdasarkan hadist di atas, puasa tidak hanya menahan lapar dahaga tetapi juga dari berkata yang tidak baik atau kotor. Ucapan yang keluar dari diri seseorang merupakan cerminan diri, sebagaiman teko, jika berisi kopi maka yang keluar kopi, jika berisi susu yang keluar susu pun demikian jika yang keluar air comberan maka representasi diri seperti apa yang keluar dari dirinya. Oleh karena itu kata-kata atau berbahasa seseorang mempengaruhi kepribadian, jiwa seseorang.
Orang Jawa mengatakan Ajining diri saka ing lati, yang artinya nilai harga diri seseorang dari lidahnya, yang tentu mengandung makna filosofi dan ajaran yang begitu muliya. Rasulullah saw. berpesan kepada kita semua yaitu: man kaana yu’minu billaahi wal yaumil aakhir Falyaqul khairu Auliyasmut. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari kiamat hendaklah berkata yang baik atau diam” Pesan ini menekankan tentang pentingnya menjaga tutur kata, tidak mengucapkan hal yang buruk dan menyakiti hati, karena bertutur sembarang tanpa pikir akan membawa kepada krisis lain yaitu permusuhan, kekacauan bahkan pertumpahan darah.
Dalam Al Qur’an banyak etika berkata, berbahasa dengan menggunakan terma Qaulan, yakni Qaulan Sadida, Qaulan Ma’rufa, Qaulan Layyina, Qaulan Baligha, Qaulan Karima, dan Qaulan Maisura. Pertama, Qaulan Sadida yang memiliki arti perkataan yang benar, jujur, atau lurus sebagaimana dalam al Qur’an Q.S. Al-Ahzab: 70 yang menerangkan:
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar”
Sehingga dapat dipahami bahwa perkataan yang jujur ini merupakan perintah dari Allah Swt agar ketika kita berbicara menjunjung prinsip kebenaran, karena jika sebaliknya maka orang lain tidak akan percaya dengan ucapakan yang kita sampaikan.
Kedua, Qoulan Balighan yang memiliki arti perkataan yang efektif, tepat sasaran dan mudah dipahami. Perintah berbicara tersebut menekankan pentingnya penggunaan bahasa yang tidak bertele-tele, atau berbelit-belit sehingga dapat membekas kepada mitra tutur. Sebagaimana dalam al Qur’an An-Nisa: 63
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”
Ketiga, Qaulan Karima yang memiliki arti perkataan yang mulai dengan berbicara dengan menghormati mitra tutur, enak didengar, lemah lembut serta bertata karma. Qaulan karima harus merupakan etika berbicara yang sangat perlu digunakan dengan siapapan terlebih kepada orang tua seperti yang terdapat dalam Al Qur’an
“Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah 8 berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al Isra’: 23).
Keempat, Qaulan Maisura yang berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang. Maka kketika kita berbicara maka perlu memperhatikan dengan siapa kita berbicara sehingga ada kesesuaian antara penutur dan mitra tutur dalam memahami onstek apa yang dibicarakan agar mudah dimengerti dan dipahami satu sama lain sebagaimana dalam Al Qur’an “Jika (tidak mampu membantu sehingga) engkau (terpaksa) berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, ucapkanlah kepada mereka perkataan yang lemah lembut.” (QS. Al-Isra : 28)
Kelima, Qaulan Ma’rufa adalah peruintah berbicara dengan baik yang tidak menyakitkan mitra tutur, yang tidak bertentangan dengan kultur masyarakat selama tidak bertentangan dengan aturan illahi robbi. Sehingga perkaataan memberikan kebermanfaatan sebagaimana dalam Al Qur’an
“ ….Berilah mereka belanja dan pakaian dari (hasil harta) itu dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.” (QS. An-Nisa : 5)
Keenam, Qaulan Layyina tentang pentingnya memiliki kebijaksanaan dalam berbahasa dengan sopan santun atau lemah lembut sehingga tepat sasaran kepada mitra tutur sebagaimana dalam Al Qur’an “Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Thaha: 44) Yang dimaksud dengan “Qaulan Layyina” adalah ucapan yang baik, suara yang merdu, dan penuh perhatian sehingga dapat menggugah hati seseorang.
Demikian kultum singkat tentang pentingnya menjaga perkataan yang baik, pada intinya mari kita sama-sama memperbaiki tutur kata kita yang keluar dari lisan kita saat berbicara. Berbicara sama-sama mengeluarkan tenaga, dan sama-sama mengeluarkan suara, alangkah baiknya jika yang keluar dari lisan kita sesuatu hal yang baik, memberikan kemashatan kepada mitra tutur , lebih-lebih jika yang keluar dari lisan kita lantunan ayat suci Al Qur’an menginggat bulan ramadan ini banyak limpahan pahala kebaikan.