Harapan Allah Menurunkan Bulan Ramadan

 Harapan Allah Menurunkan Bulan Ramadan

Penulis: Alip Sugianto
(Ketua Ranting Pemuda Muhammadiyah Singosaren)

Bulan Ramadan adalah salah satu bulan istimewa, di mana berbagai kebaikan akan memperoleh balasan yang belipat ganda sehingga memotivasi kepada semua manusia untuk berlomba-lomba dalam kebaikan dan kebajikan. Diskon di Bulan Ramadan juga diberikan ‘ampunan’ dosa-dosa yang telah dilakukan kepada setiap orang yang menginginkan. Keberkahan di Bulan Ramadan tersebut, tentu Allah memiliki tujuan dan harapan sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah 183-189 sebagaimana berikut:

Pertama, La’allakum tattaquun (orang yg bertaktaqwa) yâ ayyuhalladzîna âmanû kutiba ‘alaikumush-shiyâmu kamâ kutiba ‘alalladzîna ming qablikum la‘allakum tattaqûn. “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” 183. Takwa ini merupakan derajat yang paling tinggi dan mulai disisi Allah SWT. Mungkin sebagai orang memandang derajat diukur dengan harta, kekayaan, kecantikan dan lain sebagainya. Namun gelar paling mulia di dunia dan akhirat adalah orang bertakwa sebagaimana dalam Surat Al-Hujurat 13: “Inna akramakum ‘indallāhi atqākum” yang artinya “Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa”

Kedua, (in kuntum ta’lamun) Menjadikan orang berilmu. Sebagaimana kita ketahui bahwa wajyu yang pertama kali diteria oleh Nabi Muhammad SAW ketika berada di Goa Hiro via Malaikat Jibril adalah perintah untuk membaca  (Iqra). Momentum bulan Ramadan ini harus ada penambahan ilmu yang banyak melalui media seperti Kajian Tarawih, Kajian ifthorm, maupun kajian setelah salat subuh sehingga menambah ilmu pengatahuan sebagai bekal kehidupan di dunia dan akhirat.

Ketiga, La’allakum tasykuruun (pandai bersyukur) syahru ramadlânalladzî unzila fîhil-qur’ânu hudal lin-nâsi wa bayyinâtim minal-hudâ wal-furqân, fa man syahida mingkumusy-syahra falyashum-h, wa mang kâna marîdlan au ‘alâ safarin fa ‘iddatum min ayyâmin ukhar, yurîdullâhu bikumul-yusra wa lâ yurîdu bikumul-‘usra wa litukmilul-‘iddata wa litukabbirullâha ‘alâ mâ hadâkum wa la‘allakum tasykurûn. Dengan menunaikan ibadah puasa seseorang dapat merasakan langsung bagaimana penderitaan orang lain yang kesusahan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan makan sehari sekali, sehingga menumbuhkan dalam diri orang yang berpuasa menjadi lebih empati dan simpati terhadap sesama, sehingga menumbuhkan rasa bersyukur kepada Allah SWT. mengakui segala nikmat datang dari Allah SWT, dengan demikian syukur ini sebagai bentuk merasakan kebahagiaan dalam hidup.

Keempat, La’allahum yarsyudun (Menjadi orang benar lurus) wa idzâ sa’alaka ‘ibâdî ‘annî fa innî qarîb, ujîbu da‘watad-dâ‘i idzâ da‘âni falyastajîbû lî walyu’minû bî la‘allahum yarsyudûn. Menjadikan orang yang lurus berada di jalan kebenaran. Bentuk berada di jalan lurus, juga tercermin melalui ucapan yang jujur sebagaimana kita ketahui bahwa ibadah puasa ini yang menilai langsung dari Allah SWT, sehingga melatih kejujuran kepada semua orang. Misal ada orang yang tidak berpuasa, tetapi mengaku berpuasa dengan berpura-pura lapar dan dahaga padahal sudah “mokel” orang lain tidak ada yang tahu kecuali Allah SWT. Boleh jadi bisa membohongi orang lain, akan tetapi Allah maha mengetahui. Oleh karena itu kejujuran adalah hal penting dalam kehidupan ini, banyak orang rela menggadaikan kejujuran dengan membohongi orang lain, ada pejabat yang berani makan timah dan minum pertamak oplosan karena mengadaikan nilai-nilai kejujuran untuk berbicara bohong. Sama-sama berbicara, sama-sama mengeluarkan tenaga, sama-sama mengeluarkan suara akan tetapi hasilnya berbeda jika lidah kita gunakan untuk membaca Al-qur’an. Apalagi di bulan Ramadan ini bulan diturunkannya Al-qur’an  Syahru ramaḍānallażī unzila fīhil-qur`ānu hudal lin-nāsi yang artinya bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-qur’an sebagai petunjuk bagi manusia. (Al-Baqarah:185)

Kelima, La’allakum tuflihuun (Mudah mudahan menjadi orang yg beruntung) Al Baqarah 189. Orang yang beruntung tentu tidak hanya di dunia saja akan tetapi di akherat kelak. Biasanya di dalam Al-qur’an jika terdapat kata-kata beruntung itu ada sebuah cara yang harus ditempuh seperti salat, sabar dan lain sebagainya yang pada intinya bermuara kepada ketakwaan kepada Allah SWT.

 

Klik download materi PDF

Editor Abdul Ghoni M. || Publish Nano

Related post