Bangun Generasi Muda Sadar Hukum, PDPM Ponorogo Gelar Seminar Ini
Puasa: Mendidik Sikap Jujur dan Amanah

Penulis: Dr. Rudianto, M.Ag.
Islam dibangun atas lima pilar yakni shahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Jika pilar-pilar tersebut tidak kuat, maka bangunannya tidak dapat berdiri kokoh. Untuk memperkuat bangunan, masing-masing pilar wajib diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk ibadah. Pengamalan kelima pilar itu dapat disaksikan secara fisik oleh orang lain kecuali puasa. Shahadat, shalat, zakat, dan haji tidak dapat dilakukan seseorang dengan berpura-pura di hadapan orang lain. Namun ibadah puasa dapat dilakukan dengan membohongi orang lain, tapi tidak bisa membohongi diri sendiri dan Allah SWT. Oleh karena itu ibadah puasa merupakan ibadah untuk melatih diri bersikap Jujur dan Amanah.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim Rasulullah saw bersabda dalam hadis Qudsi.
عن أَبي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : قَالَ اللَّهُ : كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلا الصِّيَامَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu berkata, Rasulullah Shallallahu’alai wa sallam bersabda, “Allah berfirman, ‘Semua amal anak Adam untuknya kecuali puasa. Ia untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya.”
Manusia dapat menyembunyikan sesuatu kepada sesamanya, tetapi tidak mampu membohongi diri sendiri dan Allah SWT. Sesrorang yang suka berbohong akan menyiksa hati nuraninya, hidupnya tidak tenang, resah, gelisah, dipenuhi rasa takut dan khawatir. Abraham Lincoln, dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa “anda bisa membohongi semua orang beberapa saat dan beberapa orang setiap saat, tetapi kamu tidak bisa membohongi semua orang setiap saat”. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sikap bohong dapat dilakukan oleh seseorang yang berpura-pura berpuasa, namun kebohongan tersebut pasti akan terbongkar dan diketahui oleh orang lain pada saatnya.
Namun manusia tidak mampu membohongi diri sendiri dan Allah SWT. Orang yang berbohong membutuhkan banyak pikiran dan cara untuk menutupi kebohongannya kepada orang lain. Orang yang berbohong sama halnya dengan orang yang menggali lobang yang mana ia akan masuk ke dalamnya pada suatu saat. Banyak kasus pejabat yang berbohong dan berpura-pura baik kepada rakyat, pada akhirnya terbongkar juga. Apalagi orang yang ingin membohongi Allah, tidak mungkin berhasil karena Allah yang menguasai seluruh hati dan pikiran manusia.
Allah telah menjelaskan dalam QS. An-Nahl ayat 23.
لَا جَرَمَ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَۚ
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan.
Perilaku jujur dan amanah hanya ada pada seseorang yang beriman dengan sebenar-benarnya iman dan meyakini adanya hari pembalasan. Allah berjanji dan janji Allah tidak akan diingakri bahwa orang-orang yang beriman dan beramal shalih akan ditempatkan di dalam surga Firdaus, kekal di dalamnya, dan mereka tidak ingin berpindah-pindah darinya. Janji Allah dalam QS. Al-Kahfi 107-108.
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ كَانَتۡ لَهُمۡ جَنَّٰتُ ٱلۡفِرۡدَوۡسِ نُزُلًا خَٰلِدِينَ فِيهَا لَا يَبۡغُونَ عَنۡهَا حِوَلٗا
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.
Bulan puasa merupakan salah bulan yang diistimewakan Allah, karena pada bulan tersebut terdapat beberapa kelebihan dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Pada bulan tersebut Allah melipatgandakan pahala seseorang yang menjalankan ibadah puasa wajib. Rasulullah saw bersabda :
Apabila salah seorang dari kalian memperbagus keislamannya, maka setiap kebaikan yang ia amalkan ditulis untuknya sepuluh kali lipat sampai tujuh ratus kali lipat. (HR. Bukhari).
Dari Abu Umamah bahwa ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amal apakah yang paling utama?” Beliau menjawab: “Berpuasalah, sesungguhnya tiada tandingan baginya.” (HR. An Nasa’i).
Barang siapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (dari Allah), niscaya ia mendapatkan ampunan atas dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih)
Meskipun demikian Imam Al-Ghazali menggolongkan puasa menjadi tiga macam yaitu puasa orang awam, puasa orang khusus, dan puasa orang super khusus. Pertama, puasanya orang awam atau sering disebut dengan puasa syariat yakni tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan hubungan suami isteri di siang hari mulai terbit fajar hingga terbenam matahari. Puasa demikian merupakan puasa jasmaniah dan sekedar menjalankan syariat-syariat yang diperintahkan Allah.
Secara psikologis, orang-orang yang melaksanakan puasa awam tidak banyak memanfaatkan bulan puasa untuk memperbanyak amal ibadah seperti memperbanyak membaca al-Quran, berdzikir, bershadaqah, dan sejenisnya. Mereka tidak lebih hanya sekedar memenuhi kewajiban atas perintah Allah yang bersifat ritual. Puasa di siang hari dan melaksanakan shalat tarwih di malam hari tidak lebih dari itu. Mereka menunggu datangnya hari raya idul fitri yang ingin dirayakan dengan makan-makan dan lainnya setelah sebulan menahan diri.
Kedua, puasa orang khusus atau disebut dengan puasa hakekat yakni puasa ruh, karena manusia selain memiliki jasmani juga memiliki ruh. Puasa khusus adalah pasa hati, tidak ingin riya’, takabur, pamer, dan semua sifat-sifat tercela lainnya, karena hal itu akan menghalangi pahala Allah SWT. Menurut mereka puasa yang sesungguhnya adalah puasa hati, puasa roh, bukan puasa jasmani yang hanya sekedar tidak makan, minum, dan berhubungan badan suami isteri di siang hari. Bagi mereka puasa yang sesungguhnya adalah puasa ruh bukan sekedar puasa jasmani. Jika masih ada rasa riya’, iri, pamer, sombong, merasa sudah cukup dengan tidak makan tidak minum, maka dia yang tidak akan mendapatkan maghrifah Allah dari Allah SWT. Syeh Abdul Qadir Jaelani menyarankan agar puasa hakekat, menjadi sarana dapat bertemu Allah. Q.S. Al-Isra 72
وَمَن كَانَ فِي هَٰذِهِۦٓ أَعۡمَىٰ فَهُوَ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ أَعۡمَىٰ وَأَضَلُّ سَبِيلٗا
Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).
وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ حُنَفَآءَ وَيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُواْ ٱلزَّكَوٰةَۚ وَذَٰلِكَ دِينُ ٱلۡقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (Q.S. Al-Bayyinah 5).
Puasa orang-orang khusus, dalam hati mereka tidak memiliki keyakinan selain hanya keyakinannya kepada Allah. Tidak dapat menjalankan puasa kecuali diberi kekuatan oleh Allah. Tanpa pertolongan Allah tidak mungkin semuanya akan terjadi. Hanya dengan mengingat Allah seseorang dapat menghancurkan semua kotoran nafsu yang menjerumuskan manusia ke jurang kesesatan, kecuali nafsu yang dirahmati Allah. Q.S. Yusuf 53 Allah menjelaskan:
۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
Hanya dengan mengingat Allah akan mendatangkan Cahaya Allah.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ ذِكۡرٗا كَثِيرٗا
Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab 41).
Selanjutnya yang ketiga yakni puasa orang-orang yang super khusus, adalah golongan yang telah melewati golongan yang pertama dan kedua. Mereka telah mampu menjaga hatinya, tidak memikirkan selain hanya ingin bertemu Allah SWT, berupaya untuk menambah kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, menjauhkan hati dari memikirkan hal-hal yang sifatnya duniawi. Mereka memahami bahwa kehidupan duniawi hanyalah kesenangan yang menipu, bersifat permainan dan senda gurau yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kesesatan. Wallahu a’lam bishawwaf.