Iman Dan Perjalanan Di Bulan Ramadan

 Iman Dan Perjalanan Di Bulan Ramadan

Penulis: Bambang Wahrudin

Ramadan adalah bulan yang mulia, tak diragukan keberkahan dan kebahagiaan bagi setiap umat Islam yang dipertemukan dengan bulan Ramadan. Allah swt berikan kesempatan terbaik bagi setiap orang beriman untuk mendekatkan diri kepada Allah swt sampaid engan derajat takwa yang sebenar-benarnya. Namun tak semua yang beriman mampu menyelesaikan bulan Ramadan sampai dengan predikat takwa, bahkan sebagian orang hanya sekedar mendapatkan lapar dan dahaga atas puasa yang dikerjakan, tidak berbekas kebaikan apalagi mendapat keberkahan. Rasulullah saw menyampaikan peringatan tersebut dalam sebuah sabdanya;

رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. At-Thobroni)

Oleh karena itu, perjalanan seseorang dibulan Ramadan harus senantiasa diiringi dengan keimanan yang kuat kepada Allah swt. Iman adalah bekal terbaik untuk meniti perjalanan manusia di bulan Ramadan agar setiap ibadah yang dikerjakan di terima Allah swt dan dibalas dengan keberkahan dari-Nya. Maka bekal iman harus senantiasa di pupuk agar tetap menjadi pondasi dalam setiap aktifitas seseorang di bulan Ramadan. Cara terbaik untuk meningkatkan iman adalah dengan mengerjakan setiap ibadah dengan ikhlas dan benar sesuai dengan yang diajarkan Rasulullah saw, dan setiap amal terbaik adalah amal yang di dasari dengan keimanan yang murni kepada Allah swt, sehingga keduanya saling terhubung antara keimanan dan amal ibadah yang dikerjakan. Sebagaimana para sahabat terdahulu belajar iman sebelum belajar al Qur’an dan setiap mereka belajar al Qur’an bertambah keimanan mereka.

Salah seorang sahabat rasulullah saw, Jundub bin Abdullah ra memaparkan bagaimana para sahabat belajar iman sebelum belejar al Qur’an ketika mereka belajar kepada Rasulullah saw;

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ‌وَنَحْنُ ‌فِتْيَانٌ ‌حَزَاوِرَةٌ، فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ، ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ فَازْدَدْنَا بِهِ إِيمَانًا

“Dahulu saat kami masih anak-anak bersama Rasulullah saw, kami belajar iman sebelum belajar Al-Qur’an. Setelah itu kami baru belajar Al-Qur’an. Sehingga iman kami pun semakin bertambah kuat.” (HR. Ibnu Majah).

Dengan demikian, antara iman dan amal harus seiring dan seirama, keduanya melekat erat sebagaimana dua sisi mata uang yang saling memberikan nilai satu dengan lainya. Tidak akan berkah amal seseorang yang tidak di dasari dengan iman dan tidak akan bertambah keimanan seseorang manakala amal yang dkerjakan tidak di dasari dengan iman yang benar. Oleh karena itu, agar perjalanan iman seseorang di bulan Ramadan dapat dilihat dari setiap amal yang dikerjakan dari awal hingga akhir ramadan, apakah semakin akhir semakin meningkat amal ibadahnya atau justru malah berkurang amal ibadahnya.

Agar perjalanan iman di bulan Ramadan terus meningkat, tidak hilang di tengah perjalanan atau habis di akhir Ramadan maka beberapa usaha yang dapat dilakukan antara lain;

  1. Senantiasa menjaga dan meluruskan niat

Niat adalah perkara yang tidak boleh dilupakan oleh setiap orang beriman, karena berhasil dalam menjaga dan meluruskan niat merupakan jaminan balasan kebaikan dari amal yang dikerjakan.  Nabi Muhammad saw telah mengingatkan kita dalam hadits yang agung dan terkenal tentang pentingnya niat dalam amal.

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

“Sesungguhnya semua amalan itu terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Semoga Allah swt selalu menjaga niat kita dalam menjalani setiap amal di bulan Ramadan karena menjaga niat bukanlah hal yang mudah sehingga kita hendaknya selalu memohon kepada Allah dan meminta bantuan-Nya agar selalu ikhlas dalam niat dan beramal. Bahkan Sufyan Ats-Tsauri berkata,

ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي ؛ لأنها تتقلب علي

“Tidaklah aku berusaha untuk mengobati sesuatu yang lebih berat daripada meluruskan niatku, karena niat itu senantiasa berbolak-balik.” (Jami’ Al-‘ulum wal hikam hal. 18)

  1. Senantiasa menjadikan ilmu sebagai penuntun amal

Muadz bin Jabal ra, salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw menuturkan bahwa ilmu adalah pemimpin dari amal;

العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ

“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15).

Dengan demikian jelas bahwa seseorang yang menghendaki amalnya di terima oleh Allah swt harus diawali dengan ilmu sebagai penuntun amal. Sebagaimana Imam al Bukhari juga menyampaikan bahwa ilmu sebelum berkata dan berbuat. Dalam beberapa ayat al Qur’an Allah swt mengisyaratkan bahwa ilmu harus mendahului setiap amal ibadah seseorang, salah satunya dalam al Qur’an Allah swt berfirman;

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ

“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu” (QS. Muhammad [47]: 19).

  1. Memperbanyak amal ibadah

Sungguh beruntung seseorang mukmin yang dipertemukan dengan bulan Ramadan, ia mendapatkan kesempatan untuk memperbanyak bekal menghadap Allah swt dan meraih kebahagiaan surge dengan berbagai amal ibadah yang pahalanya berlipat ganda. Maka sebaik-baik mukmin di bulan Ramadan adalah mereka yang paling banyak amal kebaikanya. Sebagaimana dijelaskan oleh rasulullah saw dalam sebuah sabdanya;

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِى بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ النَّاسِ خَيْرٌ قَالَ  مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ  قَالَ فَأَىُّ النَّاسِ شَرٌّ قَالَ  مَنْ طَالَ عُمُرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ

Dari Abdurrahman bin Abu Bakrah, dari bapaknya, bahwa seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasûlullâh, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. (HR. Ahmad)

  1. Bermuhasabah atas amal yang dikerjakan

Sebaik-baik mukmin dalam beramal adalah mereka yang selalu memperhatikan amalnya, senantiasa bermuhasabah atas apa yang dikerjakan. Bersedia mengevaluasi amal ibadah yang dikerjakan agar dapat dilakukan perbaikan, terlebih lagi ketika bulan Ramadan. Semangat bermuhasabah akan memberikan motivasi peningkatan iman seseorang dalam mengerjakan amal kebaikan di bulan Ramadan. Sahabat Umar bin Khattab menjelaskan;

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ

“Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal

  1. Bersegera dalam Kebaikan

Ramadan membuka peluang besar bagi siapapun untuk mengerjakan kebaikan-kebaikan. Oleh karena itu, setiap muslim berlomba untuk memperoleh derajat takwa dengan memperbanyak melakukan kebaikan-kebaikan, perintah Allah swt dan berusaha menjauhi larangan-Nya. Semangat bersegera dalam kebaikan berarti tidak meninggalkan sedikitpun peluang kebaikan yang datang terutama di bulan Ramadan.

Jika kita melihat sebagian orang begitu menggebu mengejar cita-cita dunia, maka seharusnya seorang muslim jauh lebih bersemangat dalam mengerjakan kebaikan (fastabiqul khairat). Nabi Muhammad saw bersabda;

احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ

“Bersemangatlah dalam menggapai hal yang bermanfaat untukmu.” (HR. Muslim no. 2664)

Indikasi ia bersemangat adalah tidak menunda-nunda atau bersegera dalam melakukan kebaikan. Allah swt berfirman dalam al Qur’an;

وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka, berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 148)

  1. Fokus pada tujuan

Ramadan satu bulan lamanya seorang mukmin menjalani ibadah kepada Allah swt. Godaan dan ujian senantiasa membisik kepada manusia untuk meninggalkan kebaikan dan ibadah di bulan Ramadan. Sehingga tidak sedikit umat Islam yang terjebak pada godaan untuk meninggalkan ibadah di bulan Ramadan. Hiruk pikuk manusia di bulan Ramadan terkadang tidak hanya disibukkan dengan ibadah dan ketaatan melainkan sebagian disibukkan dengan berbagai macam aktifitas dunia yang secara langsung maupun tidak langsung menghambat perjalanan kita dalam emperoleh derajat takwa. Oleh karena itu seorang mukmin harus senantiasa focus pada tujuan yang sebenarnya dan tidak tergoda dengan sekedar fatamorgana yang melalikan manusia dari Tuhanya.

Demikianlah perjalanan iman di bulan ramadan, ada yang kehabisa tenaga iman hingga tak kuat menyelesaikan amal ibadah di bulan Ramadan, ada juga yang lelah dan bersusah payah utnuk menyelesaikan amal ibadah di bulan Ramadan.  Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang diberikan keberkahan atas bulan Ramadan sehingga dijauhkan dari keburukan yang melemahkan iman sehingga dirinya senantiasa diselimuti keimanan dalam setiap aktifitas di bulan Ramadan.

 

Klik download materi PDF

Editor Abdul Ghoni M. || Publish Nano

Related post