Kisah Pekerja Migran 30 Tahun Tinggal di Jiran dan Kontribusinya terhadap Muhammadiyah

 Kisah Pekerja Migran 30 Tahun Tinggal di Jiran dan Kontribusinya terhadap Muhammadiyah

Dokumentasi Abdul Roshid (Kanan) dan Darsun Safwan (Kiri).

Liputan Johan Efendi, Kontributor Media Center Muhammadiyah Ponorogo

Mahasiswa dari program studi Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) melakukan Study Abroard Malaysia dan berkunjung ke Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia. Kunjungan ini bertujuan untuk memperluas wawasan tentang manajemen organisasi di tingkat internasional serta melihat langsung aktivitas Muhammadiyah di luar negeri.

Dalam pertemuan ini, para mahasiswa mendapatkan pemaparan mengenai sejarah berdirinya PCIM Malaysia. PCIM Malaysia telah berperan sebagai wadah bagi warga Muhammadiyah di perantauan, khususnya di Malaysia, dalam mengembangkan nilai-nilai Islam berkemajuan dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Selain membahas sejarah, diskusi juga mencakup berbagai tantangan yang dihadapi oleh PCIM Malaysia. Salah satu tantangan utama adalah bagaimana menjaga eksistensi dan keberlanjutan organisasi di tengah dinamika sosial dan regulasi yang ada di Malaysia. Selain itu, PCIM juga terus berupaya memperkuat kaderisasi dan membangun sinergi dengan berbagai pihak, baik dari kalangan akademisi, mahasiswa, maupun komunitas masyarakat Indonesia yang ada di Malaysia.

Dalam kesempatan tersebut, salah satu mahasiswa, Abdul Rhosid, berkesempatan melakukan wawancara dengan seorang pekerja migran Indonesia yang telah tinggal di Malaysia selama kurang lebih 30 tahun.

Ia adalah Darsun Safwan, asal Gresik, Jawa Timur. Sejak merantau ke Malaysia, Darsun bekerja sebagai tukang bangunan dan kini tinggal bersama istrinya. Meski jauh dari tanah air, dia tetap aktif berkontribusi bagi masyarakat Indonesia di Malaysia, terutama melalui organisasi Muhammadiyah.

Saat ini, dia menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua PCIM Malaysia. Selain itu, Darsun juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan keagamaan yang ditujukan untuk membantu sesama pekerja migran Indonesia. Meski hidup sederhana, dia dan istrinya berhasil membesarkan anak semata wayangnya yang kini menempuh pendidikan di salah satu SMA Muhammadiyah di Jawa Timur.

Dalam wawancaranya, Abdul Rhosid menyampaikan kekagumannya terhadap perjuangan dan dedikasi Darsun.

“Beliau adalah contoh nyata bahwa semangat untuk berkontribusi bagi masyarakat tidak terbatas oleh jarak dan waktu. Meski hidup sebagai pekerja migran, beliau tetap aktif mengabdikan diri untuk Muhammadiyah dan masyarakat Indonesia di Malaysia,” ujarnya.

Umpo sebagai salah satu Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) dirasa perlu sesekali mengunjungi PCIM yang merupakan rumah bagi semua warga Muhammadiyah di luar negeri. Secara strategis, PCIM juga menjadi rumah intelektual yang dapat memberikan akses kerja sama Umpo ke universitas top dunia.

Kunjungan ini tidak hanya memberikan pengalaman berharga bagi mahasiswa Magister Manajemen Umpo, tetapi juga mempererat hubungan antara PCIM Malaysia dengan Muhammadiyah di tanah air. Diharapkan, kolaborasi semacam ini dapat terus ditingkatkan untuk kemajuan bersama, baik di tingkat nasional maupun internasional.

 

Editor Ismini/Dita

Related post