Tips Agar Media Sosial Organisasi Melejit Performanya

 Tips Agar Media Sosial Organisasi Melejit Performanya

Ketua TMC Muhammadiyah Ponorogo Saat Menjadi Narasumber Bincang Pelajar Pena, Rabu (29/1/25).

Penulis : Abdul Ghoni Mahmudi

Pengelolaan media sosial dalam organisasi itu sangat penting. Hal tersebut disampaikan Ketua Tim Media Center (TMC) Muhammadiyah Ponorogo Hilal Chamdi saat menjadi narasumber Bincang Pelajar Pena di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (Muhipo), Rabu (29/1/25).

Di hadapan ratusan peserta dari Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PC IPM) se-Ponorogo Hilal menyebut media sosial menjadi senjata yang sangat ampuh untuk meningkatkan branding suatu organisasi, apalagi di era pandemi seperti sekarang ini.

Banyak sekali internship dan pelatihan khusus skill bermedia sosial, entah copywriting, admin, media sosial marketing, dan lainnya. Media sosial bukan hanya sekadar Instagram, namun juga Twitter, YouTube, hingga Spotify.

Banyak orang akhirnya menyadari, kemampuan bermedia sosial itu ternyata menjadi keharusan jika ingin beradaptasi di era yang serba cepat berubah ini.

Makanya, organisasi yang ingin melejitkan performanya, harus bisa mengelola dan memprioritaskan penggunaan media sosial ke dalam program-programnya. Dengan begitu, media sosial akan dapat membentuk karakter dari organisasi tersebut. Ya, karakter.

Banyak orang mencari informasi tentang profil organisasi, ke mana lagi kalau bukan di media sosial. Jika organisasi gagal meletakkan karakter yang pas, maka itu akan menjadi dosa pertama yang harus dibenahi.

Menurut Hilal, kita perlu tahu apa saja yang tidak boleh ditinggalkan organisasi dalam mengelola medial sosial. Sebenarnya hanya ada dua poin besar, namun ini sangat vital, yaitu bidang desain grafis dan social media strategist.

Pertama, kemasan informasi jauh lebih penting dari pada informasi itu sendiri, atau istilahnya memoles cover. Percuma informasinya sangat penting, tapi tidak didesain dengan menarik.

Sehingga yang utama, peran desain itu harus diberikan kepada orang yang dapat membungkus kemasan dengan baik. Jangan asal memilih orang, setidaknya yang suka dan mau belajar, ini jauh lebih baik.

Saat mendesain, pastikan inspirasi desain yang digunakan juga bukan dari sembarang medsos atau blog jadul yang isi desainnya sudah usang dan tidak HD.

Kedua, harus ada peran social media strategist jika tidak mau kontennya berantakan (admin yang minimal paham betul mengenai media sosial). Ini adalah peran kunci.

Maka dari itu, walau bisa dibilang banyak posisi, peran social media strategist atau minimal (orang yang paham medsos) menduduki tempat tertinggi dalam tim media sosial. Dengan posisi tertinggi itu, banyak tuntutan juga yang harus ia lakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal (bukan kerja sampingang).

Posisi ini sangat penting karena harus mengurusi interaksi dengan pengikut, membalas komentar publikasi, melemparkan pertanyaan ke pengikut, memikirkan publikasi konten yang dapat meningkatkan engagement, mengevaluasi medaos berdasarkan insight, dan segala macamnya.

Jika bisa diibaratkan, seorang admin adalah marketingnya organisasi. Ia harus merancang strategi konten, waktu publikasi, penampilan keseluruhan, dan kesan bagi pengikut dengan sebaik-baiknya.

Jika menggunakan Instagram, social media strategist harus piawai memanfaatkan fitur story Instagram, stiker, hashtag, pin komentar, dan mengelola direct message dengan baik, bukan hanya asal-asalan saja, tapi harus beda, inovatif, dan menarik.

Lalu, selain kedua hal tersebut, ada yang tak kalah penting yaitu soal komponen utama organisasi yang harus ada di media sosial. Komponen tersebut ada tiga yakni logo, tagline, dan maskot.

Tiga hal tersebut wajib ada jika ingin membentuk karakter organisasi yang mudah dikenal warganet.

Logo harus memiliki ciri khas yang mudah dikenal dan diingat orang. Di dalamnya harus mengandung filosofi sesuai arti organisasi. Sedangkan tagline memuat kalimat ringkas yang secara eksplisit memperlihatkan identitas organisasi.

Kalian pernah mendengar tagline “Just Do It”? Betul, itu adalah tagline milik brand Nike. Ini adalah merupakan satu contoh kegunaan dan kekuatan tagline yang sangat berpengaruh terhadap brand dan organisasi. Terakhir adalah maskot. Maskot juga memiliki peran sangat strategis yang berbeda dari logo dan tagline. Ini lebih menarik perhatian warganet untuk memperkenalkan dan mempromosikan keberadaan organisasi sehingga akan lebih mudah diingat oleh khalayak luas.

Lalu, apa dampak semua itu terhadap organisasi? Dengan memaksimalkan peran desain grafis dan social media strategist, otomatis dampak yang pertama adalah akan menciptakan kesan menarik warganet terhadap performa dan karakter organisasi.
Biar warganet juga tidak memandang sebagai organisasi yang jadul dan norak karena keliru dalam menggunakan media sosial.

Kedua, memudahkan organisasi dalam melakukan survei dan evaluasi programnya.

Ketiga, memperluas dampak dan manfaat bahkan hingga di tingkat yang lebih luas, bukan di regional atau lokal saja.

Keempat, jika dengan mengoptimalkan itu bisa mendapat umpan balik (feedback) yang aktif dari publik terkait performa organisasi, maka otomatis akan memberikan energi yang positif dan berkelanjutan bagi pengurus organisasi untuk menginovasikan program dan tampilan yang lebih baik dan yang jelas tidak membosankan lagi.

Editor Ismini || Publish Nano

Related post