Mengapa Pendidikan Tinggi Penting Bagi Perempuan?
Penulis Abdul Ghoni Mahmudi, TMC Muhammadiyah Ponorogo
Pendidikan tinggi membuat perempuan menjadi lebih matang, lebih rasional, dan tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Kalimat tersebut disampaikan Adellya Nihayatul Muuna Jumat (3/1/24), seorang perempuan tangguh yang baru saja meraih gelar Magister Akuntansi di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Di tengah gempuran patriarki yang menganggap perempuan sebenarnya tidak perlu-perlu banget menempuh pendidikan tinggi. Adel, sapaan akrabnya, tidak mempedulikan anggapan tersebut.
Setelah dinobatkan sebagai sarjana cumlaude akuntansi Universitas Muhammadiyah Ponorogo (Umpo) tahun 2023 lalu, gadis belia itu langsung melanjutkan kuliah S2 dengan jurusan yang sama di UMS.
Hal tersebut dilakukan bukan tanpa alasan, semangat Adel ini memiliki latar belakang kuat dan logis yang patut kita simak.
Beberapa pertanyaan yang diajukan Tim Media Center (TMC) Muhammadiyah Ponorogo dijawabnya dengan penuh keyakinan dan antusias.
1. Seberapa penting pendidikan tinggi bagimu?
“Pendidikan tinggi bagi saya cukup penting dalam rangka menyiapkan mental dan pola pikir yang tangguh, karena ke depan tantangan yang dihadapi perempuan itu kompleks, jadi ketika saya memiliki mental dan pola pikir yang bagus akan dapat menghadapinya dengan baik,” terangnya.
Menurut Adel, proses untuk membentuk mental dan pola pikir yang tangguh itu ia dapatkan ketika menempuh proses pendidikan yang panjang. Terutama saat S2, dia benar-benar merasakan ada proses yang membuatnya memiliki kecakapan tersebut.
2. Proses seperti apa yang terjadi selama kuliah sehingga bisa membentuk mental?
“Selama kuliah, khususnya S2, banyak peristiwa yang membuat saya mengalami gejolak batin maupun mental. Dari situlah perlahan saya belajar untuk mengendalikan diri, emosi, dan keinginan non-prioritas,” kenangnya.
Dia pun memaparkan bagaimana perjalanan yang dia tempuh untuk menuntaskan perkuliahan di Surakarta, yang jarak dengan Ponorogo, kota kelahirannya tidaklah dekat. Beberapa rintangan harus ia lewati, sehingga hal itulah yang membuatnya memperoleh banyak pengalaman berharga.
3. Apa tantangan terbesar seorang perempuan menempuh pendidikan tinggi?
“Melawan perasaan sendiri. Karena yang saya rasakan perempuan cenderung menggunakan perasaan dalam hal apapun,” terangnya.
Adel menyebut selama menempa perkuliahan di UMS, dia banyak belajar menata perasaan, mengelola emosi, dan menumbuhkan motivasi diri dalam perjalanannya. Hal itu semata-mata Adel lakukan agar ia fokus pada tujuan untuk kuliah selesai tepat waktu.
4. Seberapa besar pengaruh pendidikan tinggi dengan optimalisasi daya pikir terhadap perempuan?
“Pendidikan tinggi mengajak mahasiswa untuk meningkatkan optimalisasi daya pikir melalui perkuliahan dan kultur kampus. Hal ini sangat penting bagi perempuan untuk bisa mempertimbangkan segala hal secara rasional, tidak terburu-buru, dan menghasilkan keputusan yang tepat,” tambahnya.
Saat ini Adel merasakan ada perubahan signifikan dari cara dia berpikir dan menghadapi masalah. Salah satu yang membuat perubahan tersebut adalah proses perkuliahan yang berorientasi pada kecakapan sosial dan kultur di pendidikan tinggi.
6. Manfaat apa yang paling bisa dirasakan ketika Adel menempuh pendidikan tinggi?
“Yang paling saya rasakan sebagai perempuan adalah meningkatkan rasa percaya diri menghadapi era sekarang ini. Selain itu saya juga merasakan ada kemampuan untuk mengantisipasi berbagai hal negatif (kejahatan terhadap perempuan).”
Lebih lanjut dia mengungkapkan ketika perempuan sudah merasa berdaya baik secara mental dan daya pikirnya akan membuat perempuan ini memiliki rasa percaya diri dan berharga sehingga bisa menjadi benteng untuk diri sendiri agar tidak mudah terjadi kejahatan pada dirinya.
7. Kenapa harus lanjut S2 kalau S1 saja sebenarnya sudah cukup?
“Seperti yang kita ketahui, bahwa perempuan nantinya akan menjadi sekolah pertama bagi generasi penerus bangsa yang lebih hebat. Jika perempuan yang nanti akan jadi seorang ibu memiliki pendidikan yang cukup, anaknya juga akan mendapatkan pola asuh yang baik,” ucapnya tegas.
8. Masih ada tidak orang di sekitarmu yang punya stigma negatif tentang perempuan yang kuliah tinggi? Seperti apa itu?
“Ada, seperti misalnya mengatakan buat apa kuliah S2 kalau S1 saja sudah bisa mendapat kerja,” sambungnya.
Saya menanggapinya dengan santai, karena saya punya prinsip “Pendidikan memang tidak menjamin seseorang bekerja ‘mentereng’, tetapi saya yakin dengan pendidikan tinggi peluang saya untuk bekerja akan lebih luas.”
9. Terakhir, Apa pesanmu untuk perempuan yang ingin menempuh pendidikan tinggi?
“Untuk seluruh perempuan hebat yang ingin melanjutkan studi, tetap semangat, abaikan orang-orang yang bisa mematahkan semangatmu,yakinlah bahwa dengan pendidikan kalian akan punya lebih banyak pilihan dalam hidup,” pungkasnya.