Studi Lanjut Program Inklusi: SMPM 2 Ponorogo Jalin Kerja Sama dengan SMA Muhipo
Liputan Ismini, TMC Muhammadiyah Ponorogo
SMP Muhamadiyah (SMPM) 2 Ponorogo menjalin kerja sama dengan SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo (Muhipo) berkaitan dengan studi lanjut program inklusi, Kamis (19/12/24).
Acara yang berlangsung di ruang rapat internal SMA Muhipo tersebut dihadiri Kepala SMA Muhipo Sugeng Riyadi MPd, Waka Humas Deny Nofita SPd, Kepala Program Inklusi Anis Syarofah dan Sekretaris Srianing. Hadir perwakilan SMPM 2 Ponorogo Wakil Kepala SMP Ikhsan Fauzi SHI, Waka Kurikulum Adilah Endah Putriyani SPd dan Waka Kesiswaan Ismini SPd.
Pertemuan tersebut merupakan tindak lanjut dari keluhan beberapa wali siswa kelas IX SMPM 2 Ponorogo yang masih ada kebingungan terkait studi lanjut siswa yang berkebutuhan khusus.
Adilah Endah Putriyani menyebut hal ini pernah dibahas dalam pertemuan wali saat laporan perkembangan siswa. Menurutnya, wali sangat mengharapkan SMPM 2 Ponorogo bisa mengarahkan studi lanjut kepada seluruh anak baik yang reguler maupun siswa yang berkebutuhan.
“Terus terang itu menjadi PR besar bagi kami, khususnya para GPK di SMP Muhammadiyah 2,” ujarnya.
Hal tersebut pun disambut baik oleh Sugeng, menurutnya SMA Muhipo sudah tidak asing lagi dengan program inklusi, karena setiap jenjang selalu ada anak-anak dengan hambatan seperti tunanetra, tunarungu, dan slow learner yang masuk di sekolah tersebut.
“Kalau masalah pembelajaran kita sudah sangat bisa menyesuaikan, namun untuk siswa dengan hambatan emosi dan autism, jujur ini menjadi tantangan baru bagi kami,” ungkapnya.
Sebagai informasi, ada 6 siswa dari kelas IX dengan berbagai hambatan seperti Autism spectrum disorder (ASD), Attention Deficit Hyperactivity Disorder, dan Slow Learner di SMPM 2 Ponorogo tahun 2024 ini. Hal tersebut tentu memerlukan perencanaan studi lanjut yang jelas, mengingat ini kali pertama sekolah tersebut meluluskan anak-anak berkebutuhan khusus setelah dinyatakan sebagai sekolah yang mendapatkan SK inklusi.
Ikhsan dan Adilah pun lalu menjabarkan satu-persatu siswa berkebutuhan khusus tersebut lengkap dengan hasil analisis psikolog beserta kelebihan dan kekurangan yang dimiliki masing-masing anak. Adilah berharap pertemuan ini bisa menghasilkan MoU atau kesepakatan bersama tentang pengarahan studi lanjut yang jelas.
“Mudah-mudahan setelah ini kami bisa menjawab keluhan para wali dan anak-anak kami bisa bersekolah dengan tenang dan tentunya dengan penanganan,” imbuhnya.
Senada dengan itu Ikhsan Fauzi menekankan untuk anak-anak berkebutuhan khusus kategori autism spectrum bisa diminta kepada orang tua untuk menyediakan pendamping mandiri atau shadow teacher agar pembelajaran dan adaptasi di lingkungan baru bisa lebih cepat.
“Apapun informasi yang dibutuhkan untuk anak-anak kami siap untuk membantu, semoga kerja sama ini bisa saling memberi manfaat dan berkelanjutan,” tandasnya.
Acara berlangsung khidmat dan ditutup dengan kesepakatan pembuatan MoU.